--- Atas Post ---

Ngentot Dengan Bu Heru Di Atas Kapal 1

Yayuk adalah adalah sepupu Ibuku, pada usia 24 tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar dan dinikahkan dengan Heru, seorang sarjana ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota di Kalimantan. Setelah menikah Yayuk dibawa untuk tinggal di sana dan bersama mereka tinggal juga Ibu mertua Yayuk.

Setahun setelah menikah, Heru mengajak istri dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat laut yang lebih murah karena dititipi untuk membawa barang-barang berupa perabot meubel pesanan seorang atasan Heru di Jawa. Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni yang bagus sehingga terpaksa menumpang sebuah kapal barang. Kebetulan saat menjelang Lebaran itu penumpang di semua angkutan memang penuh. Di kapal yang ditumpangi Yayuk pun semua cabin awak kapal sudah habis disewakan sehingga keluarga Yayuk tidak kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.

Karena suasananya berangin dingin tidak menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Yayuk yang berpembawaan berani tanpa memberitahu keluarganya diam-diam menghadap sendiri kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten dia diminta menanyakan sendiri pada Enos, Perwira Satu yang mengatur masalah penumpang. Pergi menemui Enos di kamar kerjanya Yayuk baru di jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat ketampanan laki-laki yang simpatik ini, tapi di situ meskipun sudah merengek-rengek ternyata memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu Enos yang juga sekali melihat sudah langsung tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Yayuk, mencoba iseng menggoda karena dinilainya perempuan muda ini jinak dan mudah didekati. Waktu itu Yayuk sedang merayu untuk diperbolehkan dia dan Ibu mertuanya menggunakan kamar kerja Enos.

"Waduh gimana ya Yuk, nanti Mas nggak punya tempat kerja lagi. Tapi.. hmm.. bisa juga sih, asal nanti Yayuk sendiri tidurnya di kamar sebelah situ, gimana, bisa kan?" kata Enos yang sebetulnya sudah kasihan akan memberi cuma saja disertai iseng-iseng merayu sambil menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
"Lho itu kan kamar tidur Mas, lalu Mas sendiri tidurnya di mana?"
"Ya sama di situ juga."
"Ihhik.. berdua di situ sih malah bukannya tidur Mas.. Lagipula Ibu Yayuk nanti mau di kemanain?" jawab Yayuk tertawa malu-malu genit.
"Kan bisa aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar Mas," kata Enos semakin berani berlanjut.
"Wihh.. itu sih nekat Mass.. nanti ketauan Ibu malah rame nggak karuan," Yayuk tertawa geli sambil memukul canda pangkal lengan Enos yang mulai merapat kepadanya.

Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri berhadapan.
"Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih gampang, yang penting maunya dulu, nanti diaturnya belakangan."
"Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-taunya harga sewanya dimahalin juga?"
"Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau malah bisa Mas kasih gratis," kejar lagi Enos tapi sudah mulai menarik Yayuk merapat padanya.
Enos 30 tahun, laki-laki playboy peranakan Menado-Jawa ini memang pintar memanfaatkan ketampanannya untuk menaklukkan wanita. Yakin bahwa Yayuk bisa ditaklukkan, dia makin berani apalagi dilihatnya ada kesempatan terbuka. Begitu rapat dia pun mulai merangkul pundak Yayuk.
"Tapii.. gimana caranya Mass.." terdengar nada Yayuk bimbang tergiur tawaran Enos.
"Pokoknya tenang aja.. Bilang mau dulu nanti Mas yang jamin pasti aman.."

Kali ini bujukan Enos sudah diikuti aksinya. Yayuk yang masih menunduk malu-malu diangkat dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika Yayuk masih terdiam ragu, Enos sudah menunduk dan memberinya satu ciuman dalam menempel di bibirnya. Yayuk sempat gelagapan, tapi ajakan berciuman laki-laki berwajah tampan simpatik ini cepat saja memukaunya dan melambungkannya dalam asyik. Sehingga dia jadi terikut membalas melumat, saling bergelut lidah bertukar ludah. Yang begini jelas tambah memperlemah Yayuk karena tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dipondong Enos dibawa berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja Yayuk kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi bibirnya disumbat ketat oleh bibir Enos dan baru dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di atas tempat tidur.

"Aduhh nggak Mas, aku nggak mau..! ja.. jangan Mass, jangan sekarang..!" panik dia ingin ke luar dari kepungan Enos tapi cepat dibujuk Enos.
Yayuk memang sudah mulai terbujuk Enos tapi suasananya dianggap tidak cocok saat itu.
"Sstt, sst tenang aja.. Mas juga nggak ngajakin sekarang kok..?"
"Tapi ngapain aku dibawa ke sini!?"
"Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas deh."

Yayuk terbujuk lagi dan agak tenang, dia pun segera menerima lagi ciuman dan lumatan Enos. Kembali dia melambung dalam asyiknya berciuman, di sini Enos semakin menjadi-jadi. Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup lewat bawah rok Yayuk, mendarat di selangkangannya langsung meremasi bukit kemaluannya. Lagi-lagi Yayuk kaget ingin lepas tapi posisinya sudah dibuat terkunci lebih dulu oleh Enos yang sewaktu mengawali ciuman sudah naik berbaring di sebelahnya. Di atas mulutnya disumbat ciuman, masing-masing tangan yang sebelah ditindih dan sebelah lagi dicekal tangan Enos yang melingkari bawah lehernya, sementara sebelah kaki Enos pahanya menyusup di tengah selangkangan menjaga paha Yayuk tidak bisa merapat.

Semakin keras Yayuk berusaha, semakin ketat tekanan Enos dan semakin gencar terasa rangsangan Enos di kemaluannya. Bukan sekedar meremasi dari luar lagi tapi Enos sudah menyusupkan tangannya langsung bermain di bibir kemaluannya. Di situ jari-jarinya sudah meraba-raba celah lubangnya mulai mengiliki kelentitnya. Masih terakhir Yayuk berkutetan sebentar tapi kemudian kalah juga, malah mengikuti rangsangan jari Enos yang mulai meningkatkan birahinya terangkat naik. Apalagi ketika satu jari Enos ditelusupkan ke dalam lubang dan mulai mengorek-ngorek di dalam situ, Yayuk dari semula ingin berontak lepas, sekarang malah pasrah kepada Enos. Ini dibuktikan ketika Enos mengendorkan cekalan tangannya, Yayuk ternyata tidak ribut ingin lepas malah terdiam hanyut dengan mata terpejam menikmati asyik ciuman bergelut lidah sambil lubang kemaluannya dilocoki jari Enos.

Ini di luar dugaan Enos mendapati Yayuk yang kebetulan cepat sekali terangsang berahinya. Memang sadar sekarang bukan waktu yang tepat untuk bercinta tapi untuk langsung berhenti Enos tidak tega sebab dilihatnya Yayuk sudah terlalu hanyut jauh mendekati orgasmenya. "Hhghh ssh.." betul juga, mengerang pelan terdengar suara Yayuk meskipun tidak kentara tapi Enos tahu bahwa Yayuk sedang berorgasme saat itu. Sebentar digencarnya rangsangan membantu Yayuk sampai terasa mengendor barulah Enos berhenti. "Tuu kaan, percaya kalau Mas nggak mau jahat sama Yayuk. Ini cuma sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek cantik kayak Yayuk gini bikin Mas langsung gemes pengen cium sambil diremes-remes. Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu bisa ajak Ibunya ke sini," kata Enos dalam gaya merayu lembut simpatik untuk tetap mengambil hati Yayuk.

Caranya seperti sudah yakin bahwa Yayuk pasti akan menyetujui tawarannya tapi memang Yayuk juga seperti tersihir dengan undangan itu. Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan menemui keluarganya, cuma saja di situ dia justru mengikuti apa yang ditawarkan Enos untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di kamar kerja Enos. Tentu saja Ibu senang dengan kebaikkan Enos, padahal Yayuk sendiri setelah itu berdebaran jantungnya menunggu pengalaman baru yang akan dialaminya malam nanti.

Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah langsung diterpa ombak membuat para penumpang mulai pening. Lewat makan malam sebagian besar sudah menggeletak lunglai termasuk Ibu dan Yayuk. Melihat itu Enos memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika Yayuk juga minta, dia membisiki bahwa itu sebenarnya obat tidur dan Yayuk dicegah untuk ikut meminumnya. Betul juga menjelang tengah malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya dan ketika itu Enos yang sedari tadi kalau ke luar masuk lewat pintu tersendiri dari kamar tidurnya, kali ini pura-pura masuk dari pintu kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-benar sudah pulas, dia menarik lengan Yayuk mengajaknya ke kamar sebelah. Yayuk yang sudah terkesan dengan kejadian siang tadi sudah tidak ragu-ragu untuk bergerak bangun mengikuti ajakan Enos ke kamar tidurnya. Baru saja masuk sudah langsung diangkat Enos dibaringkan di tempat tidur.

"Tapi Mass.. aku masih takut kalau ketauan.." bisik Yayuk menguatirkan perasaannya.
"Nggak usah kuatir.. Ibumu nggak akan bangun sampai besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain bajunya ya..?" hibur Enos sambil menawarkan bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Yayuk.

Enos menutup sebentar gordyn tempat tidur yang umumnya terpasang khusus pada tempat tidur kapal, dia sendiri katanya akan ke kamar mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang dengan hanya lampu meja menyala, di tempat tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak lama Enos kembali hanya mengenakan sarung saja ketika naik menyusul Yayuk yang rupanya betul-betul patuh sudah bertelanjang polos menuruti permintaan Enos. Meskipun samar-samar tapi cukup jelas terpandang tubuh padat Yayuk, sudah langsung melonjakkan gairah nafsu Enos namun begitu dia tetap menjaga kelembutannya agar tidak berkesan kasar pada perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga Yayuk sudah langsung pasrah dengan laki-laki yang baru pertama dikenalnya ini, tapi ketampanan yang memikat serta kepintaran Enos merayu betul-betul sudah menaklukan hati Yayuk. Siang tadi keasyikan yang dialaminya sudah begitu membuatnya terkesan, sekarang berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu kembali membuatnya cepat jatuh dalam birahi karena dia memang sengaja menuju ke situ. Sambil bibir bertemu kecup mesra, diterimanya rangsangan tangan Enos yang menggerayang meraba dan meremasi tubuh kewanitaannya. Beda dengan tadi, Enos tidak lagi perlu keras terburu nafsu sebab Yayuk didapatinya sudah lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup mengipasi bara birahi Yayuk terbakar menyala.

"Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga suara supaya nggak didenger Ibumu.." begitu pesan Enos yang sekaligus membuktikan pada Yayuk bahwa sebenarnya laki-laki ini kalem dan bukan type kasar. Ini makin menenangkan Yayuk dan dalam tempo sekejap dia sudah terlupa pada suaminya yang sedang meringkuk kedinginan dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di geladak yang berangin kencang, sebab dia sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk hangat seorang lelaki tampan yang membuainya dengan kecupan mesra diiringi asyik susunya diremas-remas, dipilin-pilin geli puting susunya. Meningkat asyik lagi ketika mulut Enos selepas ciuman merambat dengan kecupan seputar leher, menurun hingga tiba di bukit susunya, di situ berganti-ganti kedua puncak bukitnya dikerjai kecapan mulut. Yayuk mulai menggelinjang meresapi geli-geli enak pentilnya dijilat-jilat dan dihisap-hisap mulut Enos yang terlatih. Tapi yang lebih membuatnya buntu kesadaran adalah ketika Enos melengkapi rangsangan dengan merambatkan sebelah tangannya ke arah selangkangan dan mengulang permainan siang tadi.

Bersambung . . . .
--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---

Sensasi Nikmat Memek Wanita Hamil 2

Aku ikutin perintahnya, prajurit muda lebih mengandalkan tenaga, berhadapan langsung, dan menekan sebaliknya prajurit tua lebih mengandalkan pikiran, menghindari kontak langsung, cenderung mengikuti (bukan mengalah), hasilnya tak jauh beda dengan yang muda hebatnya lagi tanpa keluar tenaga.

"Kenapa kok nggak pakai CD sih? Kamu khan lagi hamil," tanyaku.
"Habis capek tiap kencing harus melorotin celana ketat. Tadi sewaktu keluar yang ke tiga udah kebelet banget jadi pas masuk nggak ketahan keluar. Yah sudah basah, mau pakai cadangan ada di lemari bawah, naik turun kan capek Mas. Tadi kencing pertama aja udah nggak bisa jongkok," jawabnya panjang lebar. Perhatikan, panggilan sudah berubah. Artinya dia sudah mulai mengenal. Pantes saat kontak dengan pahanya terasa dingin kemungkinan dari air saat membasuh setelah kencing.

"Memangnya kenapa? Khan ada toliet jongkok," kataku.
"Toliet khan jorok Mas bekas orang banyak, jadi kencingnya sambil berdiri tetapi kakinya dibuka lebar biar nggak kena," jawabnya.
"Kamu nggak takut kerja tanpa CD?" kataku.
"Aku tadi diberi tahu sama Mbak Anita, kalau Mas orangnya nggak reseh," katanya.
Ha ha, belum tahu dia, jawabku dalam hati. Mungkin pergantian panggilan tadi berubah setelah ada sekilas info dari Mbak Anita. Setelah selesai memijat punggung, dia mulai mengeringkan krim dengan cara seperti tadi.

"Mas balik," katanya.
Aku segera membalikkan badanku, sambil kulihat wajahnya, dia tidak melihatku, tetapi melihat kemaluanku yang masih "bobo siang" sambil menutupnya dengan handuk kecil.
"kok dicukur Mas?" tanyanya setelah melihat burung yang tanpa bulu.
"Kamu sendiri kenapa kok dicukur?" tanyaku.
"Kalau ditanya dijawab dulu dong Mas!" katanya.
"Yah biar bersih aja," jawabku.
"Apa nggak geli Mas dicukur gitu?" tanyanya.
"Eh, kamu nanya terus kapan jawabnya?" tanyaku. Dianya tersenyum. Bibir bagian bawahnya (yang di wajah yah) lumayan tebal ada belahan di bagian tengahnya. Bibirnya dibalut pewarna berwarna pink, kontras dengan kulit putihnya. Matanya bulat sekali.
"Yah biar bersih juga. Nanti kalau sewaktu-waktu melahirkan, nggak buru-buru mencukurnya. Mas aku ke toilet dulu yah?" jawabnya sembari ijin yang ke empat kalinya.

Kalau melihat posisi kandungannya sih udah di bawah, nampak sudah waktunya. Dia masuk ke kamar, dan naik ke atas tempat tidur, meminggirkan ke dua kakiku, sehingga bisa duduk di pinggi tempat tidur.

"Berapa usia kandunganmu?" tanyaku.
"Tujuh bulan lewat, Mas," jawabnya.
"Suamimu kok tega, udah seperti ini kok masih disuruh kerja," tanyaku.
"Lebih tega lagi Mas, dia tidak mengakui ini hasilnya, dan pergi begitu saja," jawabnya sambil menunduk dan terus memijat.
"kok nggak di batalin aja?" tanyaku lagi.
"Biarin deh Mas, umurku sudah semakin tua, nanti nggak ada yang ngurus aku. Biarin deh aku usahakan sendiri," jawabnya kalem bersamaan dengan selesainya mengeringkan salah satu kaki. Setelah kering dia menggosok betisku yang berbulu dengan handuk, kemudian mengangkangi kakiku tadi dan menggosok pahaku dengan handuk, dan terasa bulu betisku terasa beradu dengan sesuatu yang kasar. Aku pura-pura tidak tahu dan kuperhatikan wajahnya tidak berubah sedikitpun. Perubahan terjadi di balik handuk yang menutupi kemaluanku, seperti ada yang sedang mendirikan tenda.

Dia memijat kakiku yang sebelah. Perlakuan yang sama dengan kakiku yang sebelah tadi. Juga acara gesek-menggesek, sehingga makin sempurnalah rubuhnya tenda. Yah, dalam posisi terlentang kalau lagi "konak" nggak mungkin tegak sembilan puluh derajat, yang ada juga posisi jam sepuluh kurang sepuluh menit. Setelah selesai dengan kaki, diturunkan handuk kecil hingga menutupi kemaluanku saja dan..

"Perutnya dipijat Mas?" tanyanya.
"Terserah," jawabku. Repot juga dia akan memijatnya, kalau sambil berdiri dia akan capek kalau dari samping membutuhkan tenaga yang lumayan banyak untuk menekan badanku. Yah terpaksa dia mengangkangi kemaluanku yang hanya dilapisi handuk kecil. Mulai memijat dari arah perut ke atas melebar ke sekitar pundak. Perlahan-lahan, semakin lama irama agak dipercepat.

Aku tidak tahu apakah percepatannya disebabkan prosedur pijatnya, ataukah ganjalan di kemaluannya yang semakin keras dan berdenyut-denyut. Disengaja atau tidak posisi batang kemaluanku berada di sela-sela bibir kemaluannya, hanya dipisahkan oleh handuk.

"Mas, kata Mbak Anita sama Mbak Anna, kalau ke sini nggak pernah main, kenapa sih?" tanyanya.
"Yang pentingkan puas Mbak, nggak main aja puas kok," jawabku.
"Kalau sekarang aku ingin main sama Mas, gimana?" tanyanya.
Sewaktu berkata demikian, handuk sudah hilang sebagai pembatas. Hilangnya bukan ditarik tetapi terdorong oleh goyangan pantatnya. Jadi antara batangku dan bibirnya melekat.
"Berapa tips-nya?" tanyaku. Dia sudah menggoyangkan pinggulnya, kesepakatan belum terjadi pekerjaan sudah dimulai. Sebagai gambaran, bibir bawahnya lumayan tebal dan sudah cukup basah untuk penetrasi, maklum hamil (orang hamil lebih cepat basahnya karena kelenjar yang memproduksi lendir tertekan oleh kandungan).
"Seperti yang Mas berikan dengan Mbak Anita atau Mbak Anna," katanya. Wah dilarang dumping harga rupanya di sini.
"Ya, sudah," kataku. Begitu selesai aku bicara, bersamaan dengan mulai masuknya kemaluanku ke dalam kemaluannya. Ups, licin sekali (jadi ingat main bola saat kecil di tanah lapang dari tanah liat, nggak pernah membawa bola jauh, selalu terpeleset apalagi bila bertemu lawan pasti jatuh) tapi agak longgar, mungkin karena tekanan kandungan, dan ada sesuatu yang menyentuh di ujung kemaluan seperti ada benjolan di bagian dalam kemaluannya. Ternyata mulut rahimnya juga sudah turun.

Dia tidak melakukan gerakan naik turun, mungkin sudah terlalu lelah, jadi hanya bergoyang-goyang, tetapi goyangannya semakin lama semakin merunduk, bak padi yang semakin berisi, di kepalanya semakin berat, terdongak ke belakang, sementara pahanya terbuka sangat lebar mengingat perut besarnya. Dia berusaha agar klitorisnya bergesekan dengan bulu kemaluanku yang tumbuh kasar di atas batang kemaluanku. Beberapa menit kemudian dia membalikkan badannya tanpa melepas batangku yang tertanam. Sekarang dia menghadap ke kakiku. Gerakan yang sama dia lakukan, tanpa naik turun, tetapi menekan serta menggesek lubang anusnya yang agak keluar, bukan ambein lho, tetapi itu tekanan kandungan, sehingga lapisan bagian dalam anus yang lembut tergesek oleh bulu kemaluanku. Dia tidak mengeluarkan suara, tepatnya menahan lenguhannya, agar tak terdengar di luar kamar. Hanya deru nafasnya yang berfrekuensi tinggi, isap buang isap buang, semua dilakukan melalui hidung. Mungkin mulutnya dikunci dengan menggigit bibir bawahnya takut tak sengaja keluar suara.

Akhirnya tangannya meremas pergelangan kakiku dan mengedan. Terasa sekali denyutan lubang anusnya. Tidak berapa lama aku pun keluar juga. Dia diam sejenak menikmati semburan spermaku. Setelah selesai, sudah tidak ada semburan dia mengangkat pantatnya, dan saat batangku telepas dari lubangnya, dia berusaha menjepit labia minoranya dengan jarinya tetapi tetap aja ada yang berjatuhan spermaku yang agak kental di kemaluanku.

"Banyak banget sih Mas?" tanyanya, sambil membersihkan vaginanya yang tembem banget dan nonong, tetapi masih mengangkang di atas kemaluanku.
"Iya udah lama nih nggak dikeluarin," jawabku, sambil membersihkan spermaku yang berjatuhan.
"Kamu suka nyabu?" tanyanya, sambil turun dari tempat tidur dengan sangat hati-hati.
"Suka nyapu rumah, nyapu halaman," jawabku. Dia tersenyum.
"Maksudku narkoba," katanya.
"Nggak, kenapa sih?" kataku.
"Pantes. Udah keluar kok nggak mengecil, masih besar dan keras," katanya.
"Sok tahu" kataku.
"Eh iya lho Mas, aku punya tamu dia habis nyabu (sekarang sudah jadi trend memakai narkoba di kamar Papitra, kadang bersama WP-nya) aduh setengah mati aku ngeluarin pejunya," katanya polos. Wah habis "O" ngomongnya udah nggak terkontrol nih sih Mbak. Saat aku bangun memang sih kemaluanku masih keras dan berdiri hanya sembilan puluh derajat ditunjang dengan beberapa urat yang menonjol.

"Terima kasih yah, Mbak. Kamu lagi hamil gini, semua tamu kamu perlakukan seperti ini semua?" tanyaku.
"Yah nggak Mas, kebetulan aku udah lama nggak ngewe, terus lihat punya Mas keras banget, udah gitu aku dapat info dari Mbak-Mbak kalau kamu kalau ke sini nggak pernah main, tetapi bayar penuh, artinya khan Mas orang bersih."
"Oh, jadi di kamar tunggu WP, banyak saling tukar informasi yah?"
"Harus itu, biar kita nggak salah, yang lebih penting lagi ini," katanya sambil menunjukkan leleran sperma yang meleleh keluar dari vaginanya.
"Maksudmu?" kataku nggak mudeng.
"Aku taruhan sama Mbak-Mbak yang pernah sama Mas, lumayan sepuluh ribuan sepuluh orang, ini sebagai bukti bahwa kamu main sama aku," katanya.
Ha, kaget aku. Wah gila aku dijadikan obyek judi, dasar.
"Sebentar Mas, aku ke toilet," katanya. Aduh bukan tamunya yang didulukan, malah dia yang duluan.

Nggak lama dia masuk, dan..
"Nih aku bawain handuk yang baru," katanya dengan wajah yang kelihatan seneng banget.
"Katanya nggak kuat naik turun, kok sudah bawa handuk bersih dari bawah?" tanyaku.
"Khan minta tolong sama room boy," katanya.
"Nah tadi ngambil CD minta tolong aja sama dia," kataku.
"Nggak enak lagi Mas nanti dikira macam-macam, lagian khan tadi belum ada modal buat nyuruh room boy," katanya.
"Maksudnya?" tanyaku lagi.
"Khan menang taruhan, yah bagi-bagi rejeki. Aku kasih uang room boy-nya untuk ambil handuk, mereka kalau nggak ada uangnya nggak gerak Mas!" katanya. Aku geleng-geleng.
"Iya setali tiga uang sama kamu, kalau nggak ada uang juga nggak goyang," kataku tapi dalam hati.
"Mbak Desi, kok kamu duluan sih ke kamar mandi?" tanyaku sambil memakai kimono dan membawa handuk serta sabun.
"Aku tadi buru-buru ke sebelah ngasih tahu sama Mbak Anita, kalau dia kalah taruhan dengan menunjukan sperma Mas yang ngucur dari memekku," katanya. Waduh udah kotor nih mulut Mbak Desi, mungkin terlalu gembira dengan kemenangannya dan "O"-nya.

Setelah mandi, berpakaian dan memberikan tips, aku bilang, "Kamu dapat tiga aku Cuma satu lho, Mbak!" kataku.
"Iya deh, lain kali aku kasih bonus," katanya, tahu maksudku kalau dia dapat tips, menang taruhan dan "O"-nya.
"Janji yah, makasih Mbak," kataku, sambil aku cium pipi kiri dan kanannya.

Saat turun ke depan resepsionis Mbak Desi mengikuti di sampingku, guna memberi tahu ke resepsionis berapa jam dan minum apa.

Aku bayar tagihanku dan tak lupa kuberikan lebihan buat Mbak Ani.
"Terima Kasih Pak," katanya. Saat aku membalikkan badan untuk menuju pintu keluar, sekilas aku melihat beberapa pasang mata di ruang tamu memandang bergantian antara aku dan Mbak Desi. Apa ada yang aneh? Oh mungkin lihat perutnya Mbak Desi yang nonong sementara tamunya terlihat "segar" sekali.

TAMAT
--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---

Sensasi Nikmat Memek Wanita Hamil 1

Sabtu awal bulan, di pagi menjelang siang hari tepatnya jam 10:30 yang cerah, aku sudah duduk di rumah makan cepat saji yang cukup populer di Jakarta. Setelah memesan makanan, kupilih tempat duduk dekat kaca, agar dapat melihat situasi di luar. Dari pantulan cermin aku melihat di belakangku ada pria dan wanita. Yang pria sedang membaca surat kabar dengan posisi mengahadap kaca di sampingnya sedangkan wanitanya melahap makanan yang tersaji di hadapannya sehingga tidak ada suara, hanya suara musik yang terdengar sayup-sayup.

Karena aku nggak biasa sarapan pagi, jadi sarapannya tidak bisa cepat, sedikit-sedikit yang penting masuk. Nampak di belakangku mulai ada pembicaraan, semakin lama semakin keras. Oh, ternyata lagi ada pertengkaran, namun suaranya tidak terlalu keras. Bagus juga idenya kalau bertengkar cari tempat di luar rumah. Si wanita cemburu terhadap pasangannya, namum disanggah oleh si pria. Dia tak mungkin berseligkuh dikarenakan semua penghasilannya sudah diberikan padanya.

Tiba-tiba kulihat di luar ada seorang wanita berjalan dengan cepat sambil membawa tas plastik merah. Sepertinya kenal. Aku ingat-ingat. Oh iya, itukan Mbak Indah. Kulihat jam menunjukkan jam 11:30, berarti mulai berdatangan WP di depan rumah makan ini, tetapi ini masih yang juniornya alias yang baru lulus training. Aku sudah tidak memfokuskan ke pembicaraan orang di belakangku. Tak lama sepeda motor berpenumpang melintas dan menurunkan penumpangnya tepat di belakang kendaraanku yang kuparkir di seberang rumah makan dan hanya tiga blok dari sebuah panti pijat tradisional (Papitra). Dia turun dan memberikan uang. Oh ternyata naik ojek, itu kan Mbak Anita. Saat Mbak Anna masuk, sebuah bajaj berhenti lagi di belakang kendaraanku. Setelah bajaj berlalu tampak Mbak Ayu, dengan cepat melangkah masuk. Lama kelamaan parkir mulai penuh di sekitar Papitra, dan banyak pengemudi masuk ke situ. Nampak roda kehidupan Papitra mulai berputar.

Tanpa terasa suasana rumah makan mulai ramai. Pengunjung sudah bergantian keluar-masuk. Makananku pun sudah mulai habis. Aku pesan makanan penutup, sambil tidak sedikitpun membuang pandanganku ke arah sekitar mobilku. Bukannya takut kehilangan mobilku, tetapi di situlah rata-rata para WP turun dari kendaraan yang mengangkut mereka - mungkin malu dengan "pengantar"nya bahwa mereka bekerja di Papitra, sedangkan yang naik bis pasti berjalan kaki untuk mencapai tempat bekerjanya.

Hari semakin siang, sudah menunjukkan jam 13:00. Wp masih berdatangan. Ada yang muda dan kecil, rata-rata mereka menggunakan pakaian serba ketat atau hanya bawahannya saja yang ketat, nanti setelah masuk mereka akan menggunakan pakaian dinasnya yang setiap hari berganti warna tetapi dengan model yang sama, mempunyai bordiran nama di dada kanan sedangkan rok mininya ditulis nama WP dengan spidol di bagian dalam lipatan pinggang. Nah jam segini yang datang biasanya para senior-senior. Ada yang keluar dari taksi sambil bicara dengan HP-nya. Begitu taksi yang menutupi pandanganku jalan, baru aku tahu kalau itu Mbak Febby. Ada yang jalan kaki tetapi sambil bicara juga dengan HP-nya, kalau nggak salah ini Mbak Anna, dari penampilan mereka rata-rata HP yang digunakan keluaran terbaru.

Tidak berapa lama ada seorang wanita berpakaian ungu muda keluar dari taksi. Begitu taksi pergi, dia jalan menuju ke Papitra. Siapa yah? orang barukah? kataku dalam hati sambil menyentuh daerah antara hidung dan bibir atas dengan telunjuk kiriku - rasa penasaran dan petualanganku mulai tumbuh - dari penglihatanku umurnya kurang lebih sekitar 30 tahun. Yang menarik adalah pinggulnya cukup besar. Bila berjalan seperti bebek, megal megol, seperti orang hamil (??), apa mungkin orang hamil bekerja di Papitra?

Didorong rasa ingin tahu, aku menelpon ke Papitra di depan rumah makan itu.
"Hallo selamat siang," suara resepsionis.
"Siang Mbak Ani," jawabku.
"Mau pesan, Pak Budi?" katanya, masih ingat namaku. Mana mungkin lupa, khan setiap datang selalu diberi uang tip. (Hati-hati ada pengganti Mbak Ani, yang setiap mengembalikan uang jasa pijat selalu mengatakan kembaliannya kurang karena nggak ada uang kecil. Dia hanya menyediakan uang terkecil 10.000,- jadi di bawah nilai ini tidak akan dikembalikan - "pemerasan terselubung" alias tip maksa. Aku kalau bertemu dengan orang ini, selalu aku membayar lewat WP, agar kembaliannya tidak jatuh ke tangannya. Lebih baik jatuh ke tangan WP - khan dia yang "memeras").

"Mbak Ani, yang barusan baru masuk menggunakan baju ungu siapa sih?" tanyaku.
"Oh itu Mbak Desi," jawabnya.
"Sepertinya kok lagi hamil, Mbak?" tanyaku sambil menebak.
"Emang bener, Pak," jawabnya.
"Mbak Ani, sorry aku nanyanya agak-agak nih, kalau lagi hamil tugas, berarti hanya mijat dong?" tanyaku mendesak.
"Dalam kamar siapa yang tahu Pak?" jawabnya diplomatis, benar juga.
"Sudah ada yang pesan?" tanyaku, jadi ingin coba, karena rasa keingintahuanku.
"Belum, Pak Budi mau pesan?"
"Iya deh."
"Untuk jam berapa?"
"Hmm," mikir dikit, dia baru sampai, butuh istirahat, waktu makan siang sudah lewat, yah 30 menit cukup lah.
"Setengah jam lagi deh Mbak," jawabku.

Empat puluh lima menit kemudian aku sudah tanpa baju hanya menggunakan CD dengan isi sudah pada posisi. Tidur telungkup menghadap tembok di kamar lantai tiga ukuran 2x3 dengan penyejuk ruangan. Tak lama tirai dibuka dan ditutup kembali.

"Selamat siang Pak," sapanya.
"Siang," jawabku sambil menolehkan muka ke arah atas, tetapi tetap tidur telungkup.
"Mau minum apa?" tanyanya, sambil meletakkan barang bawaannya, handuk, sabun, sprei, dan cairan pelicin untuk pijat di atas satu-satunya sofa yang ada di ruang itu.
"Air mineral nggak dingin," jawabku. Dia keluar dan nggak lama membawa yang kuminta. Dia tidak menanyakan pijat berapa jam, karena aku berada di ruang VIP yang mempunyai waktu minimal satu setengah jam.

Terdengar dia melepaskan seragam dinasnya (padahal suhu ruang cukup dingin). Menutupkan selembar handuk ke punggungku mulai leher hingga pantat dan mulai memijit telapak kakiku. Selanjutnya aku tidak menjelaskan tahapan-tahapan pijat.

"Sebentar ya Pak, mau ke toilet," ijinnya.
"Ya," jawabku singkat.
Saat kembali dia mulai memijat kembali, mungkin terlalu lama berdiri saat memijat tadi, sehingga dia naik ke tempat tidur dan memijat kaki sebelahku yang belum disentuhnya dari tadi. Selanjutnya dengan mengangkang dia memijat punggungku. Terasa pahanya dibungkus dengan celana ketat, saat bersentuhan dengan pahaku.

"Kamu nggak pernah diisengin sama tamu, Mbak?" tanyaku.
"Itu sih sering Pak, santapan setiap hari!" katanya.
"Yang paling nyebelin seperti apa Mbak?" tanyaku.
"Belum lama ini ada tamu, saat lagi nafsu dia bilang, Mbak ngentot yuk? aku jawab aja, sama siapa Pak? dia jawab ya sama kamu, kirain sama kambing kataku, ngomongnya kasar banget," jawabnya.
Mungkin ada benarnya kata tukang gado-gado langgananku di blok M. Dia mengatakan bahwa kelemahan wanita ada di telinga. Artinya kalau dia disanjung, diajak bicara yang indah-indah, pasti akan tunduk. Jadi bicaralah yang baik dengan wanita siapapun dia, pasti kalau kamu minta sesuatu dengannya akan diberikan.
"Maaf Pak, saya tinggal ke toilet lagi," ijinnya.
"Ya," jawabku singkat, membuyarkan lamunanku.

Nggak lama dia meneruskan pijatan yang belum selesai. Setelah menyelesaikan pijatan tadi, dia berkata.
"Pakai krim nggak, Pak?" tanyanya.
"He em," kataku.
"Maaf Pak," katanya sambil melipat CD-ku, menjepitnya ke celah-celah pantat, dan akan menutup sisi CD dengan handuk, tetapi.. "Tolong dilepas aja Mbak," kataku. Dia menarik handuk dan melepaskan CD-ku. Nah telanjang deh aku sekarang. Dia mulai meratakan krim di seluruh permukaan kulit kakiku, dan mulai memijit, dan beberapa menit kemudian..

"Sebentar ya Pak, mau ke toilet lagi," ijinnya untuk ke tiga kalinya.
"Ya" jawabku singkat, tanpa protes, karena aku memaklumi, karena saat hamil kandung kemih tertekan oleh kandungan, atau ada yang lain yang aku nggak tahu.
"Yah beginlah Pak kalau kondisinya seperti ini," katanya saat masuk ke kamar.
"Aku maklum kok, Mbak," jawabku.

Dia mulai memijat kaki satunya lagi. Setelah selesai dia mengeringkan krim dengan handuk, karena kakiku cukup banyak bulunya dia menaburi bedak bayi di seluruh permukaan ke dua kaki (kalau dilihat nggak ubahnya seperti bayi yang habis mandi terus dibedaki), sehingga minyaknya bergabung dengan bedak, kemudian di gosok dengan handuk satunya lagi, hasilnya lumayan kering.

Kemudian dia naik ke tempat tidur (biasanya WP bisa melakukannya dengan berdiri, mungkin karena beratnya menahan perut sehingga lebih baik sambil duduk di tempat tidur guna mengistirahatkan kedua kakinya). Wanita lagi hamil mana ada yang memakai rok mini, biasanya selalu serba longgar kan, kecuali wanita yang saat ini ada di atas pantatku.

Karena nggak ada tempat lagi untuk duduk, akhirnya dia mengangkangiku sehingga dia menduduki pantatku (asli lho, duduk plek, soalnya berat banget) dengan berlapiskan handuk dan mulai mengolesi krim. Saat sebelah kakinya diangkat untuk mengangkang terasa pahaku bergesekan dengan paha bagian dalamnya yang licin dan dingin. Tetapi anehnya kok sudah tidak memakai celana ketatnya lagi. Setelah punggung rata dengan krim dia mulai memijat. Posisi memijat adalah maju mundur, mulai dari pinggangku ke arah pundak. Karena gaya pijat dan tumpuan duduknya pada tempat yang tidak rata walaupun dilapisi oleh handuk, lama kelamaan dia bergeser tepatnya terpeleset ke arah pangkal paha, kan ada sedikit bekas krim serta berat tubuhnya yang lumayan berat.

Dia mengembalikan posisi duduknya ke pantatku lagi. Akan tetapi tanpa handuk hanya beralaskan roknya. Sewaktu gaya maju - saat mengurut dari pinggang ke arah pundak - dia terpeleset lagi. Sewaktu mengembalikan pantatnya ke pantatku sudah tanpa handuk, sebab irama pijatannya sudah agak cepat, jadi kalau sebentar-sebentar ngurusin handuk nggak selesai-selesai mijatnya.

Semakin cepat pijatannya, yang kurasakan bukan punggungku lagi, akan tetapi di pantatku ada sesuatu yang sangat kasar. Ternyata roknya sudah tidak menjadi alas untuk duduk. Iseng, aku menoleh ke belakang bawah.

"Sudah, nggak usah lihat-lihat," kata Mbak Desi, tetapi sekilas aku dapat melihat dia jongkok dengan roknya sudah di pinggang sementara di atas pantatku ada daging yang cukup tebal tanpa bulu (dicukur) nggak seperti bagasi mobilku, lebih tepatnya nonong. Pantes pahanya kok licin, nggak pakai celana!

Bersambung . . . . .
--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---

Kunikmati Susu Dan Memek Mama Sebagai Hadiah ULTAH ku



Hai netter, perkenalkan, namaku adalah Budi. Aku akan menceritakan pengalaman seksku yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
Aku lahir dalam keluarga yang sederhana, dan di didik dengan keras, khususnya oleh mamaku. Aku adalah orang Lido, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Mamaku orang yang konservatif, sangat keras kepala, dan menjunjung tinggi nilai kesetiaan dalam keluarga. Dan yang kutahu sampai saat ini adalah mamaku orang yang tidak begitu menyukai seks, walaupun aku tak tahu bagaimana kehidupan seksnya dengan ayahku. Namun jika melihat ayahku yang diam-diam menonton film bf tanpa sepengetahuan ibuku, aku bisa menduga kalau ibuku tidak menyukai seks, atau mungkin dia pernah trauma sesuatu? Aku tidak tahu. Jika ada film yang sedikit beradegan ciuman saja, mamahku langsung memindahkan saluran televisinya jika ada aku atau adikku di situ, apalagi jika sampai ketahuan aku nonton film bf.

Mamaku berusia 40 tahun lebih saat ini, namun walaupun begitu, mamaku sangat pandai merawat diri dan tubuhnya, sehingga bagiku masih kelihatan sangat cantik di mataku. Pahanya pun masih sangat putih mulus, dan dadanya walaupun tidak terlalu besar, namun masih terlihat kencang dan padat.
Suatu hari ketika sudah siang, hpku berdering, dan aku terkejut karena yang menelpon adalah mamaku. Ternyata dia sudah ada di Jakarta dan sudah ada di suatu tempat yang bernama A. aku sangat heran dan merasa curiga karena mamaku pergi ke Jakarta hanya sendiri. Akupun segera menjemput mamaku di tempat tersebut.
“Loh, ko mama datang sendiri, mana papa” tanyaku “Nanti mama ceritakan kenapa mama ada di sini” kata mamaku. Akupun kemudian mengangkat barang bawaan yang di bawa oleh mamaku, dimana barang tersebut semuanya merupakan baju-baju dari mamaku.
Aku di Jakarta ngekos, dan sangat kebetulan sekali kosku boleh dibilang sangat bebas, karena pemiliknya sangat jarang datang ke sana. Sesampainya di kos, mamaku kemudian menceritakan kepadaku mengapa dia bisa ada di Jakarta. Ternyata mamaku sedang ribut dengan ayahku. Dan aku merasa keributan kali ini pasti bukan keributan yang biasa,karena mamaku sering rebut dengan ayahku, tapi selang beberapa saat mereka berbaikan kembali. Jadi menurutku yang ini adalah keributan yang paling parah.
Asalnya mamaku ingin mencari tempat kos juga untuk sementara, tapi karena kubilang kalau kosku ini sangat bebas akhirnya mamaku memutuskan untuk tinggal di kosku untuk sementara waktu. Itupun setelah kubujuk. Kuajak masuk mamaku dan kusuruh duduk di kasur busa yang hanya cukup untuk satu orang, setelah itu kukunci kamarku.
Mamaku menceritakan mengapa ia bisa rebut dengan papaku, dia menceritakan sambil menangis. Dan baru kali ini mamaku curhat sambil menangis padaku.
“Pokonya mama sudah tidak peduli dengan ayahmu, saat ini mama hanya peduli kepada kamu saja” kata mamaku sambil menangis. Mamaku pergi ke Jakarta tanpa sepengetahuan ayahku.
“Ya udah, sekarang mama jangan nangis lagi ya ka masih ada Budi”, kataku sambil kuberanikan diri untuk mengusap air mata mamaku yang membasahi pipinya. Aku usap pipinya dengan kedua jempol kanan dan kiriku, dan entah ide busuk dari mana yang merasuki pikiranku, kemudian aku mencoba memberanikan diri untuk mencium keningnya. Mamahku sedikit kaget dengan perlakuanku, dan karena takut akupun mencoba mengalihkan perhatiannya ke hal lain.
“Mah, Budi tahu mama wanita yang tegar selama ini, tapi ada kalanya kalau mama tidak bisa mengatasi ketegaran itu, jangan disimpan di hati, tumpahkanlah keluar agar lebih enak, jangan dipendam” kataku, mendengar hal itu mamaku kembali menangis, dan tanpa sadar mamaku merebahkan kepalanya ke dadaku, akupun sangat kaget, walaupun sekaligus senang, lalu aku mencoba memberanikan diri untuk memeluk dan membelai rambutnya. Ternyata mamaku hanya diam saja. Lalu aku sengaja merebahkan diri di kasur sehingga mamahku juga ikut rebah karena masih kupeluk dan kubelai rambutnya.
“Nah, Mamah sudah merasa baikan kan sekarang?” tanyaku, “sekarang mama terlihat lelah tidurlah dahulu” kataku sambil tetap memeluk dan membelai rambutnya agar mamaku tidak merubah posisinya, sekarang kuberanikan diriku untuk merubah posisi, dimana aku terlentang dan mamaku juga terlentang tapi bukan dengan alas kasur, melainkan dadaku. Aku sengaja memijiti kepala mamahku dengan pelan dari belakang, dan tidak lama setelah itu mamaku tertidur. Melihat kesempatan itu, tanganku tidak lagi memijit pinggir kepalanya, melainkan kuberanikan diri untuk menyentuh dadanya, tapi tidak berani kuremas, ternyata dada mamaku sangat padat dan keras walaupun sudah di usia lebih dari 40. aku semakin penasaran, karena baru kali ini aku menyentuh dada mamaku secara sengaja. Lalu aku mulai memberanikan diri untuk membuka satu kancing yang berada tepat di bagian tengah bh mamaku, setelah itu aku mencoba untuk mengangkatnya pelan-pelan, dan terlihatlah dada bagian sebelah kirinya, akupun semakin tidak tahan dan memberanikan diri untuk memasukkan tangan kakanku ke bagian kancingnya yang terbuka tadi, dan saat kusentuh payudara kirinya ternyata menimbulkan sensasi yang luar biasa pada diriku, baru kali ini aku menyentuh susu ibuku yang masih dilapisi bh.
Tiba –tiba mamaku mulai terbangun dan aku dengan cepat melepaskan tanganku dari dalam baju mamaku, tanpa sempat mengancingkan kembali kancing baju yang kubuka tadi. Aku pura-pura tertidur dan ketika beranjak dari tubuhku mamaku tidak sadar bahwa kancing tengahnya terbuka. Dia mengambil beberapa pakaian dan handuk, kemudian keluar untuk pergi mandi, selang beberapa lama, mamaku masuk ke kamarku, dan karena menyangka aku sudah tidur, mamaku kemudian melepaskan ikatan handuknya tepat di depan wajahku, karena kamarku sedikit sempit, ukuran 3×4. aku sedikit membuka mataku, tanpa diketahui oleh mamaku, dan aku dapat melihat jelas seluruh bagian tubuh mamaku, terutama yang paling kuperhatikan adalah bagian memek mamaku yang ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang lebat. Ingin rasanya kujilat dan kuhisap rambut-rambut lebat itu dan kuhisap bagian dalam memeknya. Tapi pemandangan seperti itu tidak lama karena mamaku segera mengenakan cd dan bhnya serta mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa. Walaupun sedikit kecewa tapi aku senang di sore hari itu.
Malamnya kami terpaksa jadi tidur berdua dalam satu kasur, sebenarnya aku tak bisa tidur, Cuma aku pura-pura tidur, karena mamaku pun tak bisa tidur, aku tak bisa tidur, karena masih mengingat kejadian yang tadi sore. Aku bahkan sempat berpikir, alangkah indahnya kalau aku dapat mengentot mamaku barang satu hari aja, pikirku. Rupanya pikiranku benar-benar sudah parah.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, aku melihat mamaku mulai menangis, lalu aku berpura-pura bangun dan mencoba menanyakannya kepada mamaku mangapa ia menangis. “mah, kenapa menangis lagi, apa mamah masih belum nisa melupakan kejadian dengan papa” kataku. “mama menangis bukan karena itu, tapi hari ini adalah ultahmu kan, mamah merasa kecewa tidak bisa memberikan hadiah kepadamu, malah merepotkanmu” sahut mamahku. Aku baru sadar kalau dimulai jam 12 malam itu memang aku ulang tahun, hamper aku lupa kalau mamaku tidak mengingatkanku. Mamaku memang selalu memberikan hadiah kepadaku baik berupa uang maupun barang setiap aku berulang tahun.
“Tidak apa-apalah mah, hanya ultah saja ko dipikirin si, Budi juga ngerti kondisi mamah sekarang ko” sahutku “tapi amah benar-benar merasa tidak enak, bukannya memberi hadiah malah merepotkanmu” sahut mamaku.
Lalu timbul pikiran gila di dalam kepalaku. Begini aja deh mah, gimana kalau hadiah yang tidak bisa diberikan mamah hari ini ditukar dengan permintaanku saja deh” sahutku Mamaku sedikit mulai tersenyum kepadaku. “baiklah, asal kamu senang, dalam 1 hari ini apapun permintaan kamu akan mama turuti, asal jangan yang memakai uang, karena mamah cuma bawa uang pas-pasan” sahut mamaku “bener nih, mama ga boleh nyesel n protes loh nanti. Kalau misalnya permintaanku ambil bulan di langit gimana hayo” godaku “mamah akan tetap coba biarpun harus lompat 1000 kali, yang penting kamu seneng, sayang” sahu mamaku. “huu gombal”, kataku sambil kutepuk pantat mamaku dari belakang, dan ternyata mamahku tidak marah. “baiklah kalau begitu akan Budi coba ya, mah. Sekarang Budi mau mamah tidur tanpa memakai baju, gimana” sahutku.
Sebenarnya aku mulai takut kalau-kalau mamaku marah mendengar permintaanku itu. Tapi ternyata mamaku berdiri dan langsung melepas daster tidurnya sehingga kini mamahku hanya mengenakan celana dalam yang berwarna biru bermotif bunga, dan bhnya yang berwarna krem. Aku benar-benar terpesona melihat pemandangan malam itu. Mamaku kemudian kembali merebahkan diri di kasur sambil melempar daster yang tadi dipakai. “Gimana, Bud, mamah ga bohongkan”? Tanya mamaku. “mah Budi tadi hanya bercanda, kenapa mamah melakukan ini buat budi” sahutku agar jangan sampai mamaku mempunyai prasangka yang macam-macam terhadapku. “loh kan mamah tadi udah bilang, asal kamu senang apapun akan coba mama lakukan di hari ultah kamu ini” jawab mamaku akupun segera menghampiri mamaku dan merebahkan kepalaku di dadanya yang pada saat itu posisi mamaku sedang tidur terlentang. Aku masih belum berani memegang dada mamaku dengan tanganku, karena takut dia marah, tangan kananku hanya mengelus-elus bagian pinggang dan perutnya saja. Tapi karena kepalaku sudah ada di dada mamahku, akupun dengan sedikit jahil mengeluarkan lidahku untuk menjilat bh mamahku yang masih menutupi kedua susunya, mamaku tidak sadar karena sedang mengusap-usap kepalaku, aku semakin terangsang dan kontolku sudah semakin mengeras.
“mah, Budi pengen nyusu ama mamah donk” pintaku mamaku tersentak kaget mendengar permintaanku itu “Iih…Bud, kamu itu aneh-aneh aja deh, umur mama kan udah segini, mana bisa ngehasilin susu lagi,sudah ah kamu jangan macam-macam” kata amaku dengan nada sedikit emosi “ayolah mah, Budi kan Cuma mau merasakan gimana rasanya nyusu ama mamah, soalnya waktu Budi masih bayi kan belum bisa mengerti bagaimana rasanya” pintaku
“sudah ah Bud, tidak usah, kamu ini aneh-aneh aja” “Ayo donk, mah, please” pintaku dengan wajah memelas kepada mamaku mamaku asalnya terus menolak, namun karena merasa mulai iba padaku, akhirnya… “Baiklah, mama ijinkan kamu menyusu ama mamah, tapi, Cuma sebentar aja ya” pinta mamaku. Lalu kemudian aku mengambil kain, dan dengan tiba-tiba mengangkat kedua tangan mamahku, dan berusaha mengikat kedua tangan mamaku di jeruji kayu yang ada di ranjangku. “Eeh…Bud, kamu ini apa-apaan si, jangan aneh-aneh deh” sahut mamaku “mah, ini biar aliran nafas mamah tetap lancar ketika aku nanti menyusu” kataku sambil mencari alasan “tapikan ga perlu sampai diikat begini” sahut mamahku, sambil berusaha menurunkan kembali tangannya, namun karena tenagaku lebih besar, akhirnya kedua tangan mamahku berhasil kuikatkan ke jeruji kayu itu.
Aku yakin, jika mamahku tahu tujuanku yang sebenarnya, pasti dia akan memberontak dan memberikan perlawanan. Makanya supaya mamahku nanti tidak memberontak aku berusaha mengikat kedua tangan mamahku.lalu aku mulai menaiki tubuh mamahku dan dari posisi itu mulai mengelus dan mengusap kedua payudara mamahku, dan kemudian meremas-remasnya.
“ahh, Bud, kamu ini mau nyusu atau ga sih” sahut ibuku “Tenang donk mah, budi ka Cuma mau mengeraskan dada mamah dulu, baru nanti budi nyusu” sahutku sambil kudekatkan wajahku ke ibuku, lalu mulai mencium pipi mamahku sambil kedua tanganku meremas-remas sepasang bukit kembarnya yang masih tertutup dengan bh. Kuteruskan ciumanku ke atas mendekati kupingnya, disitu lidahku mulai menjilat-jilat kuping mamahku, dan menciumnya.
“akh…Bud, sudah ah, geli Bud, kamu ini nakal banget sih” sahut mamaku. Aku mulai yakin kalau bagian sensitive dari mamaku adalah di telinganya, apalagi ketika mulutku mulai mentusuri bagian belakang telinganya sambil tetap kujilat. “ahhh…. Geli Bud, sudah lepaskan mama Bud” sahut ibuku sambil pinggangnya mengangkat tubuhnya sendiri untuk menahan rasa geli. Lalu aku turun dari tubuh ibuku dan duduk di sampingnya, dan aku mulai mencium kedua dada mamahku. Kucium, kujilat dan kuhisap dada mamahku yang masih tertutup bhnya kanan dan kiri, tangan kananku mengusap-usap bagian perutnya, lalu karena sudah birahi, aku mulai meneruskan usapan tanganku ke bawah, dan mengusap bagian tengah selangkangannya yang masih tertutup cd. “Ukh…Bud, kamu kan Cuma ingin menyusu, jangan sentuh daerah itu Bud, lepaskan tanganmu” pinta mamaku sambil mencoba berontak dengan menggerakkan badannyya ke kanan dan kiri. Lalu setelah sekian lama kuelus, aku mulai merasakan bagian tengah di selangkangannya mulai membasahi celana dalamnya, lalu akupun semakin berani dan memasukkan lenganku seluruhnya ke dalam celana dalam mamahku, dan kucoba mmencari lubang memeknya, dan mulai mengocok bagian dalam memek mamaku dengan tiga jariku. “akhhh….Bud, nghhhh…. berhenti, Bud, janganhhhh….ukh….ummhhh” desah mamaku. “Ssttt, mah, diam jangan berisik, bukannya tadi mama janji bakal menuhin semua permintaan Budi” kataku.
Akhirnya mamaku hanya bisa pasrah setelah mendengar kata-kataku, sambil terus mendesah mengikuti kocokan tanganku di dalam vaginanya. “crkkk.. crekkk… crt…. crok….crkkkk…, ternyata kocokan tanganku di dalam vaginanya membuat memekya mengeluarkan banyak cairan, bahkah cairan tersebut sudah membasahi hampir seluruh bagian depan celana dalamnya. mmmmhhh…… nghh….. ehhhhhh… ukhh….sudah bud…mama mulai ga ta… hanhh… akhhh….” Desah mamaku, tangan kiriku mencoba untuk memelorotkan cd mamaku agar tangan kananku lebih leluasa mengocok bagian dalam memeknya, setelah itu kembali tangan kiriku meremas-remas dadanya sambil terus tangan kananku mengocok vagina mamaku “akkhhh..yahhhhh.mmhhh…ohhhh…. bud, mama udah ga kuat lagi,Bud, ahhhh….uoooooohhhhh….” teriak mamaku disertai dengan cipratan air yang deras dari dalam vagina mamaku sampai berkali-kali. Crttttt….. cretttt…..crottttt…….cretttt…. crukkkkk, cipratan air orgasme itu membasahi benda-benda yang ada di sekelilingnya, baik tembok, buku kuliahku, baju yang kupakai, serta tak luput mukaku pun terkena siraman air tersebut tak kusangka walaupun mamaku tidak begitu menyukai seks,namun dalam kenyataannya, mamaku mempunyai birahi seks yang luar biasa. Kulihat mamaku terkulai lemas di kasurku, kemudian aku beranjak dari kasurku, mematikan kipas angin yang ada di dalam kosku, sehingga kosku terasa sangat panas. Aku mulai membuka baju dan celanaku, dan hanya menyisakan cd ku saja dan kemudian menghampiri mamaku yang masih terkulai dengan lemas di kasur, dengan nafasnya yang masih tersenggal-senggal, dan tangan yang masih terikat di jeruji kayu ranjangku.
Aku mulai kembali menciumi bibir mamaku kemudian pipinya, dan terus ke telinganya, mamaku mulai berusaha menghindar dari ciuman bibirku, dan mulai menatapku. “Bud, tolong lepas ikatan di tangan mama ini, tangan mama sudah mulai keram nih” sahut mamaku aku terdiam sejenak, karena aku takut ketika membuka ikatan mamaku, dia akan langsung memukulku akibat perbuatanku tadi, “Bud, mama janji ga bakal marah n mukul kamu, kan mama udah janji buat menuhin segala permintaan kamu satu hari ini” kata mamaku seolah dapat membaca apa yang ada di pikiranku.
Akupun tanpa ragu mulai melepaskan ikatan di tangan mamaku, dan setelah ikatannya kubuka, mamaku langsung merangkulku sambil merebahkan dirinya kembali di ranjang sehingga tubuhku menindih tubuh mamaku dan kedua kaki mamaku disilangkan ke belakang pantatku seolah ingin mengunciku agar tidak lepas dari genggamanya, dan mulai mencium bibirku, akupun tidak tinggal diam dan membalas ciuman mamaku dengan ganas, kumasukkan lidahku ke dalam mulut mamaku dan kujilat lidahnya di dalam mulutnya dan tidak ketinggalan juga kujilat rongga-rongga mulut mamaku. Lalu kulepaskan ciumanku dari bibirnya dan kujilati bibir mamaku dengan lidahku, sambil kujilati, kuhisap bibir bagian bawah mamaku sampai masuk terhiasap ke mulutku, lalu kukeluarkan kembali dan kuhisap bibir bagian atasnya kali ini.
“mmmmhhh…nghhhh..uemhhh..emhhh kamu nakal sekali sayang” kata mamaku di tengah desahan akibat permainan bibirku di sekitar mulutnya “tenang mah, ini baru pemanasan belum serius. Hari ini budi akan membuat mama puas atas service budi” kataku. Ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 01.30 pagi, tak terasa sudah 1 setengah jam aku “mempermainkan” mamaku. Lalu aku mulai melepaskan bh mamaku yang sedari tadi belum sempat kulepas, sehingga kini mamaku benar-benar telanjang tanpa menyisakan sehelai kainpun di tubuhnya.
Aku benar-benar terpesona melihat tubuh mamaku, sangat indah dan terawat, nafsuku semakin memuncak, dan aku langsung menghisap putting susu mamaku yang sedari tadi sudah mengeras. Kujilat, kuremas, dan kuhisap susu kanan mamaku dengan mulutku, dan tangan kiriku meremas-remas susu kanannya, sedangkan tangan kananku kembali bermain-main di bagian memeknya. Tubuh mamaku menggeliat-geliat menahan rangsangan dengan tangan kanannya mencengkram bantal di sebelahnya dan tangan kirinya mengelus-elus kepalaku.
“ahh…emhhh…ohhhh….nik..matt…ah h….akhhh…geli…kamu nakal ba..nget bud, ka..ahmu anak mama yang paling nakal Bud…akh…”desah mamaku. Kuteruskan ciumanku ke bawah menelusuri bagian perutnya, dan kucium pusernya, kucium dan kujilati bagian tersebut, setelah itu aku meneruskannya ke bagian bawah lagi. Kucium bulu jembut mamaku yang sangat lebat, karena mungkin jarang dicukur. Kucium, kujilat dan kuhisap bulu-bulu jembut mamaku ke dalam mulutku.Tubuh mamaku semakin menggeliat-geliat tidak keruan.
“ahhhh…ohh….yeah…aohhh….mmmhhh hh…Bud…geli…..akhh…Budi….sudah Bud, mamah geli bangethh..ukhhh…ahh…”desah mamaku. Kulihat tubuh mamaku sudah mandi dengan keringat, hamper seluruh bagian tubunya basah oleh keringat akibat suhu yang sedikit panas di kamarku karena aku mematikan kipas anginku. Kuteruskan ciumanku ke liang memeknya. Kulebarkan bibir vagina mamaku dengan kedua jempolku, sehingga terlihatlah olehku bagian dalam memeknya, dan kumasukkan mulutku sedalam-dalamnya ke memek mamahku yang sudah kulebarkan lobangnya denga kedua jempolku. Kujilat, kuhisap, dan kugigit bagian dalam vaginanya, bahkan daging-daging kecil di dalam memek mamahku pun tak luput dari keganasan mulutku.
“akhhh….mhhh…yahh….oh..geli…au hh….ahhh….shitttt….ohhh…emhh…. gila kamu Bud.. ukhh…”mamaku semakin mendesah dengan keras, dan cairan di memek mamahku pun semakin banyak, bahkan ada yang masuk dan tertelan oleh mulutku, namun aku tak perduli, bahkan gerakan mulutku semakin mengganas di dalam vagina mamahku.
“ahh…Bud..Budi…emhhh…yeah….uhh …Bud..mama udah mau keluar Bud… ah… Budi…. Bud…. ahhhhhhhhhh” mamaku mengerang dan mencapai orgasmenya yang kedua kalinya. Cairan memeknya menyemprot, dan membasahi mulut dan kepalaku. Kulihat mamaku benar-benar sudah terkulai lemas, tapi nafsu liar yang ada di dalam diriku masih terus bergejolak.
Aku bahkan kini tidak memperdulikan mamahku yang sudah terkulai lemas. Kubuka cd ku, dan kontolku yang sudah mengeras semenjak tadi kuelus-eluskan di pipi mamahku. Dalam keadaan yang masih lemas mamahku berusaha untuk menghindari elusan kontolku di wajahnya. “emhhh..Bud..apa-apaan kamu…sudah hentikan Bud” sahut mamahku sambil berusaha menghindari elusan kontolku. “Ayo mah, jilat kontol Budi” sahutku “Engga bud, jangan begini Bud”!!! “Cepat jilaat” teriakku dengan nada emosi ke mamaku sambil menjambak rambutnya
Akhirnya melihat emosiku yang naik, mamakupun hanya bisa pasrah dan sambil menangis mamaku mulai menjilati kontolku yang sudah tegang dan keras. “bagus mah, jilat terus…. teruss… akhhh yeah…sekarang hisap pake mulut mamah, cepat” sahutku yang sudah dihinggapi nafsu yang luar biasa. Mamaku pun kemudian mulai menghisap kontolku ke dalam mulutnya dengan mata terpejam dan diikuti isak tangisnya. Akupun menjambak rambutnya dan mendorongnya ke depan, sehingga kontolku semakin masuk lebih dalam ke mulutnya, lalu kutarik, dan kudorong kembali, sehingga mamaku mengeluar dan memasukkan kembali kontolku ke mulutnya secara berulang-ulang. “Ayo mah, jangan Cuma dimasukkan kemulut saja, hisap donk”! Kataku mamahku hanya bisa menuruti kata-kataku dan sekarang terasa hisapan mulut mamahku pada kontolku yang ada di dalam mulutnya.
Taklama kemudian aku mengeluarkan kontolku yang sudah banjir dengan air liur mamahku, dan mulai menggesek-gesekkan kontolku di lapisan luar lobang memeknya yang masih basah oleh air orgasmenya. Melihat hal itu mamaku langsung mencoba mendorong badanku.
“Bud, jangan Bud, jangan dimasukkan”!! pinta mamaku, namun aku masih terus menggesek-gesekkan kontolku di lapisan luar memeknya. “Bud, mamah mohon sama kamu, Bud,jangan Bud, aku ini mamamu, mama mau ngelakuin apapun asal jangan kamu masukkan kontolmu itu ke anu mamah, tolong bud, jangan perkosa mamah”! pinta mamaku sambil menangis, namun ketika mamaku masih mencoba berusaha menyadarkanku tiba-tiba…”Akhhhhh…..”teriak mamaku.
Bleezzz, kontolku tanpa ada rasa ampun langsung menghujam lobang memek mamahku, dan ternyata lobang memek mamahku sangat sempit, mungkin karena sudah lama jarang dipakai, sehingga kontolku hanya masuk setengah saja, dimana di bagian tengah kontolku seperti menabrak dinding, lalu aku mencoba mengeluarkannya dan menghujamkannya kembali dengan sekuat tenaga ke dalam memek mamahku.
“akh…bajingan kamu Bud, ahhh..setan…hentikan…akhhh..” sahut ibuku setelah lama kuhujam-hujamkan kontolku akhirnya pada hujaman yang kesekian kalinya dinding memek mamahku pun yang dari tadi ditahan oleh mamahku akhirnya jebol juga, dan kontolku masuk seluruhnya ke lobang memek mamahku, da dari situ kupompa lobang memek mamahku itu dengan gerakan yang semakin lama semakin cepat. “ah…. ah…ukh..ah…hah…hentikan Bud…Ukh….emhhh..akhh…tidaaaaaa kkkk”teriak mamaku ketika mencapai puncak orgasme untuk ke tiga kalinya. Dan setelah lama kupompa dengan cepat, aku merasakan ada sesuatu yang ingin meledak di ujung penisku.
“Eh…yeah…bentar lagi mah…bentar lagi…Budi udah mau keluar….akh… yeah…..aku mau keluar” kataku sambil cepat-cepat ku keluarkan kontolku, dan croootttt… crotttt…. crotttt… crottt… air maniku kutumpahkan di wajah mamahku, dan kupinta mamaku untuk membersihkan air mani yang menempel di kontolku dengan mulutnya, sehingga kumasukkan kembali kontolku ke mulutnya, dan setelah mengeluarkannya akupun tertelungkup lemas, kulihat seluruh badan mamahku sudah mandi keringat, begitupun dengan aku.
Kulihat jam menunjukkan pukul 03.40. itu berarti sudah 3 jam setengah aku mengentot dengan mamahku. Sepanjang malam itu mamaku hanya bisa menangis melihat apa yang telah dilakukan olehku terhadapnya.
Pagi harinya, saat aku mulai membuka mataku, kulihat mamaku sudah mandi, dan mengenakan pakaian dan duduk termenung di pinggir ranjang, mungkin masih memikirkan tindakan yang dilakukan olehku semalam tadi, kulihat air matanya sedikit menetes di pipinya. Lalu kuhampiri mamaku dan kupeluk dia dari belakang, sambil meminta maaf atas perlakuanku semalam terhadapnya. “mah, maafin Budi semalam ya, Budi bener-bener nyesel udah ngelakuin itu sama mama, please maafin Budi ya” kataku “Sudahlah Bud, toh mama juga udah berjanji mau melakukan apapun untukmu di hari ultah kamu ini, Happy birthday ya sayang” sahut mamaku sambil menyenderkan kepalanya ke dadaku.
Tadinya aku sempat khawatir, kalau-kalau mamaku marah dan tidak akan memaafkanku, tapi setelah mamaku berkata seperti tadi dan menyenderkan kepalanya di dadaku, akupun sedikit lega. Dalam keadaan itu aku mulai membelai-belai rambut mamaku dengan tanganku, sambil terus memeluk mamaku.
“semalam mama hebat banget” sahutku “budi bener-bener kaget, ternyata gairah seks mamah masih luar biasa” kataku mamaku hanya diam ketika mendengar hal itu, dan ia mulai menceritakan pengalaman hidupnya, mengapa ia sangat kurang menyukai seks, karena ketika mamaku masih menginjak sma, ada seorang teman dekatnya diperkosa oleh teman-teman di kelasnya, dan karena pada saat itu mamaku sedang mengintip, mamaku sangat trauma melihat kejadian itu.
Dan sejak saat itu, mamaku mulai membenci yang namanya seks, baginya seks sangat identik dengan kekerasan. Sedangkan ketika melakukan seks dengan ayahku, dia tidak pernah bisa menikmatinya, karena selain dihantui trauma masa lalu, ayahku sangat monoton dalam melakukan hubungan seks, sehingga ketika berumur 30, mamaku sudah malas melakukan hubungan seks dengan papaku, dengan alasan tubuhnya selalu sakit ketika melakukan hubungan seks, dan ayahku hanya bisa menuruti ibuku. Jadi kalau dihitunghitung sudah 10 tahun lebih mamaku tidak melakukan hubungan seks, dan menurut mamaku baru kali ini dia mencapai puncak orgasme yang begitu tinggi.
“kamu juga tadi hebat, saying” kata mamaku “nah, sekarang mamah harus bisa melupakan trauma masa lalu yang buruk itu, sekarang terbuktikan kalau gairah seks mama begitu hebat, mama ga kalah dengan wanita yang masih muda” kataku. Mendengar hal itu mamaku hanya sedikit tersenyum saja, dan kemudian kudekati wajah ibuku dan kucium bibir mamaku yang kecil dan tipis itu. Ternyata kali ini mamaku tidak berontak, dan malah membalas ciumanku itu. Kukeluarkan lidahku, dan mamakupun mengeluarkan lidahnya mengikuti gerakanku, dan lidah kamipun saling bertautan sambil tanganku mulai melepaskan pakaian mamaku, sehingga dalam waktu singkat mamaku sudah telanjang kembali, dan melihat kontolku yang sudah kembali menegang, mamaku mulai berlutut di hadapanku, memegang kontolku, dan hup…..dalam sekejap, kontolku sudah dihisap, dan dikulum dalam mulutnya.
Kulihat kuluman mamaku sudah semakin mahir dan mulai terbiasa dibanding dengan ketika pertama kali mengulumnya tadi. Sambil terus mengulum, kubelai dan kuelus mamaku. “ah, mama makin lama benar-benar makin hebat, terus mah… terus… ah….”sahutku. Akupun benar-benar sangat menikmati permainan mamaku itu. Setelah 10 menit berlangsung, kukeluarkan kontolku dalam mulut mamaku, kusuruh mamaku duduk di pinggir ranjang, lalu kubuka selangkangannya lebr-lebar, kemudian kujilat bagian tengah memeknya.
“akh…mmhhhhhh….uhhh….shhh…geli …bud…ah…ah….ah….mmhhh….nikmat… …aoh….”desah mamaku di pagi itu.kembali bagian dalam vaginanya sudah mulai basah oleh cairan di dalam memeknya. “Mmhh…uhh….akhhhh…Bud….Budi….. ohh…emhh….. nikmat Bud…..ahhhh! desah mamaku, akupun melepaskan jilatan dan ciuman di memek mamaku yang sudah merah akibat dari hisapan-hisapan mulutku di memeknya. Lalu kugesek-gesekkan kontolku yang sudah menegang di bibir vaginanya. ahhhhh…. mmmhhhh…. oh… emhh…! mamaku semakin mendesah sambil menggeliat-geliatkan badannya yang sudah dibanjiri dengan keringat, lalu setelah beberapa lama kontolku kugesek di bibir vaginanya, akupun mulai memasukkan kontolku ke memek mamaku. Bless…bless… kali ini kontolku lebih lancar untuk keluar masuk lobang memeknya, dibanding ketika pertama kali aku memasukkannya.
“ah…ah…ohh…emhh….nikmat…ah…ter us…terus Bud….!desah mamaku sambil terus menggeliat-geliatkan badannya. Lama kelamaan kupercepat pompaan kontolku di memeknya. “Ahhh..oh…akhh….emhhh…..terus Bud…terus…Bud…akh..mama mau keluar Bud….! Desah mamaku. “sabar ma, Budi juga udah mau nih…tahan bentar lagi ya mah! Sahutku sambil mempercepat pompaanku. “Bud…. akh…. ohh….. emhhh….. ahhh… Bud…. Budi…. ahhhh…mama udah ga tahan lagi Bud….ahhhh….auhhhhhhhhh! teriak mamaku ketika sudah mencapai orgasme. Kali ini akupun mulai merasa ada yang mau keluar dari penisku.
“oh…ah…mah….oh…Budi mau keluar mah…ah…buka mulut mama sekarang! Sahutku, sambil kulepaskan pompaan kontolku dari memek mamaku dan langsung kumasukkan ke dalam mulut mamaku dan crot…crot…crot…crot….kutumpahk an seluruh spermaku di dalam mulut mamaku. “Umhhh….mmhhhh…emhhh….uhuk…” mamaku mulai kewalahan menerima limpahan sperma di mulutnya dan mulai tersedak. Sebagian besar spermaku yang ada di mulutnya tertelan oleh mamaku, sedangkan sperma yang masih tersisa di mulutnya dikeluarkan bersamaan dengan air liurnya. Akupun benar-benar sangat terpana melihat kejadian itu.
Ternyata mamaku banar-benar mempunyai bakat di dalam hubungan seksnya. Akupun terkulai lemas di samping mamaku sambil kupeluk tubuhnya. Begitulah pengalaman seksku dengan mamaku, dan hampir setiap hari aku melakukan hubungan intim dengan mamaku selama mamaku tinggal di Jakarta.
--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---

Memek Neng Susi Bersih 1


--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---

Cerita Hot : Isteriku Piaraan Boss

Setelah orang tuaku bercerai, aku ikut mamaku bersama adikku. Aku tidak ingat benar apa penyebabnya, tetapi yang ku tahu papaku punya banyak pacar. Namun ibuku juga punya pacar ketika masih serumah dengan papa. Kami mulai merasakan kesulitan ekonomi. Dari kehidupan yang serba mewah, pelan-pelan mulai menurun. Akhirnya rumah kami terjual dan aku tidak sempat menamatkan SMA. Aku bukan lagi orang yang berduit. Modalku hanya berbadan atletis, tegap, cukup tinggi dan muka lumayan menggoda. Aku hobby bermain musik, sehingga berkumpulnya dengan anak-anak band. Kami akhirnya memang punya band sendiri. Tidak sempat ngetop, tetapi satu -dua kali pernah juga tampil di cafA?. Pengembaraanku sebagai pemusik dari kace ke kafe memberi jalan aku kenal dengan seorang wanita cantik. Kulitnya putih, tinggi semampai. Wajahnya indo campuran. Stefi memang berayah Jerman dan ibu Sunda. Ayahnya pulang ke Jerman, dan ibunya ditinggal begitu saja. Aku makin akrab dengan Stefi. Dia orangnya asyik dan kelihatannya cukup berduit. Kuperhatikan dia gonta-ganti mobil.

Kalau bukan Honda Jazz yang dibawanya ya BMW seri 3 tahun terbaru. Di kafe dia selalu berombongan dengan cewek-cewek. Mereka kelompok cewek yang tajir-tajir. Di kafe mereka tidak jualan, artinya mencari uang dari laki-laki. Mereka hanya dugem, minum-minum. Satu kali Stefi ketika aku bergabung dengan kelompok cewek-cewek dia terlalu banyak minum. Padahal dia bawa mobil sendiri. Oleh teman-temannya aku diminta mengantar Stefi pulang. Stefi antara sadar dan mabuk ku bimbing memasuki mobilnya. Dia menyebutkan satu alamat, yang aku kenal benar daerahnya di Bintaro. Kami sampai ke alamat yang dia maksud, sebuah rumah sedang tetapi cukup bagus. Aku membuka kunci pagar sekaligus pintu rumahnya. Kunci-kunci itu menjadi satu dengan kunci mobil. Kupapah Stefi masuk ke dalam rumah lalu ku baringkan di sofa. Aku segera menutup pintu pagar dan pintu rumah. Stefi dengan keadaan setengah sadar minta aku membawanya ke kamar mandi, karena dia merasa mau muntah. Belum sempat sampai kamar mandi muntahnya sudah berhamburan mengenai bajunya juga bajuku. Baunya gak karuan, asem bercampur bau alkohol. Aku membersihkan bajunya dengan handuk basah dan juga bajuku. Bekas muntah yang berserakan di lantai menjadi kerjaanku selanjutnya. Aku lap saja dengan handuk yang sudah bekas membersihkan muntah tadi di baju. Ini terpaksa kulakukan, karena jika tidak aku khawatir kami bisa terpeleset jika keluar dari kamar mandi. Stefi aku dudukkan di di closet. Dia duduk bersandar, sementara aku ngepel lantai yang penuh dengan muntah Stefi. Ketika aku kembali ke kamar mandi, Stefi sudah membuka baju dan celananya yang tadi terkena muntahan. Dia tinggal mengenakan celana dalam dan BH. Melihat pemandangan itu, barangku jadi makin mengeras. Dari tadi sudah mengeras karena aku berkali-kali menyenggol susunya yang lumayan empuk dan besar. Stefi minta aku memapahnya ke kamar. Aku baringkan dia di tempat tidur dan sekalian kulepas BH dan celana dalamnya. Aku sudah terujung melihat Stefi yang putih mulus. Dia melemas saja ketika kulucuti bajunya. Aku mulai menciumi kedua putingnya dan meremas-remas dadanya yang padat. Stefi kelihatannya bereaksi dengan rangsanganku. Nafasnya memburu. Aku tidak peduli. Kemaluannya aku raba terasa berlendir pula di sana. Jari tengahku, kucolok ke dalam memeknya terasa hangat di dalam. Itilnya kumainkan, Stefi menggelinjang-gelinjang. Aku penasaran pula ingin mengisap memeknya. Aku segera beroperasi di antara kedua kakinya . Memeknya aku jilati dan itilnya menjadi mainan lidahku. Stefi menggelinjang-gelinjang sampai akhirnya dia mengejang. Meskipun dalam keadaan mabuk dia bisa juga orgasme. Stefi menarikku keatas. Aku menangkap kemauannya. Dia minta aku menindihnya. Barangku ku arahkan ke gerbang vaginanya lalu kutekan pelan-pelan. Rasanya hangat dan lumayan menjepit. Stefi memang sudah tidak perawan lagi, sehingga penisku leluasa keluar masuk memeknya. Stefi yang masih dalam keadaan mabuk kini mengerang-erang mengekspresikan kenikmatan. Aku terus menggenjot dengan gerakan kasar. Barangku lumayan besar lah, mungkin ukurannya sekitar 17 centi dan lingkarnya cukup gemuk. Aku akhirnya ejakulasi dan beberapa saat kemudian aku merasa memek Stefi juga berdenyut-denyut. Kami akhirnya tidur di bawah selimut sampai pagi dalam keadaan telanjang. Stefi tinggal sendiri di rumah ini. Dia membeli rumah ini sendiri sedang ibunya tinggal di Bandung. Aku terbangun ketika matahari menerobos masuk ke kamar. Stefi tidur memelukku. Pagi itu aku main sekali lagi dengan Stefi sampai kami sama-sama puas. Stefi sudah sadar dari pengaruh alkohol semalam. Kami lalu mandi bersama dan saling menyabuni. Stefi sempat mengoral ku sebentar dan akhirnya kami main berbagai gaya di kamar mandi. Baju dan celanaku basah karena bekas muntah semalam. Jadi aku hanya mengenakan celana dalam. Stefi berinisiatif mencuci bajuku dengan mesin cuci. Sementara menunggu proses mesin cuci aku hanya mengenakan celana dalam. Stefi rupanya menyesuaikan suasana, dia juga hanya mengenakan celana dalam, sementara susunya dibiarkan menggantung bebas. Kami menyiapkan sarapan pagi bersama dengan hanya bercelana dalam. Stefi rupanya sudah lama menaksir diriku, jadi dia merasa senang ketika bersamaku di rumah. Aku akhirnya akrab dengan Stefi dan sering tidur dirumahnya untuk saling memuaskan. Pertanyaanku yang mengganggu adalah, mengapa Stefi begitu berduit, sementara dia tidak terlihat bekerja apa-apa. Aku bahkan sering disangui. Aku tentu saja tidak bisa menolak, karena aku juga sering bokek. Sejak aku bersama Stefi keuanganku terjamin, bahkan aku memegang Honda Jazz untuk keluyuran ke sana kemari. Akhirnya Stefi membuka rahasia kehidupannya. Dia adalah piaraan seorang adik konglomerat. Berapa pun yang dibutuhkan Stefi selalu dipenuhi. Stefi dalam usia 23 tahun sudah 4 tahun menjadi piaraan si adik konglomerat itu.

Dia bahkan sudah sering diajak bepergian ke luar negeri. Namun meskipun secara materi berkecukupan, tetapi batinnya tersiksa, karena konglomerat itu menyembunyikan hubungannya dari istrinya. Oleh karena itulah untuk mengisi kekosongannya dia memilih aku untuk mendampinginya. Aku seterusnya diminta bisa mengerti dan menerima kehidupan Stefi. Bagiku hal itu tidak menjadi masalah, sex, uang dan kehidupan yang lebih baik adalah tujuan hidupku. Stefi bisa pula diterima oleh mamaku. Bahkan aku dibebaskan tidur bersama Stefi di rumah ku sendiri. Mamaku memang berpandangan bebas, karena dia juga sering menjalin hubungan dengan pacarnya meski tidak pernah tidur di rumah. Satu hari Stefi berbicara serius, dia minta hubungannya dengan ku di jadikan hubungan resmi. Artinya aku dan Stefi menjadi suami istri. Menurut Stefi bos konglomeratnyalah yang menyarankan itu. Bosnya menginginkan Stefi hidup normal. Cuma syaratnya, Stefi harus tetap bisa melayani dan aku sebagai suaminya tidak boleh mencemburuinya. Jika Aku menghalangi dan mencemburuinya, maka suplai materi akan dihentikan. Bagiku itu bukan masalah yang sulit kuterima. Selama ini aku juga sudah menjalani hidup seperti itu, masalahnya aku belum sekalipun pernah bertemu dengan bos si Stefi. Aku hanya melihatnya melalui foto di HP nya. Kami akhirnya melangsungkan pernikahan. Pada pesta pernikahan itulah aku melihat dengan jelas si bos yang selama ini mendanai hidup kami. Aku menyalaminya dengan hangat. Stefi mendapat hadiah sebuah rumah besar di Bintaro lengkap dengan kolam renang. Digarasinya juga sudah ada sebuah mobil mercy C 240 terbaru. Stefi mengatakan bahwa bosnya ingin berkenalan lebih akrab denganku, dan katanya dia ingin berterimakasih padaku karena telah mengurus Stefi selama ini. Pada hari yang dijanjikan si bos datang. Kami cepat akrab. Dan ternyata si Bos tidak tua-tua amat. Dia warga keturunan berusia sekitar 40 tahun. Si bos bahkan berjanji akan membantu aku melengkapi peralatan musik band ku. Hal ini sudah lama aku dambakan untuk membentuk band yang sempurna. Si bos akhirnya sering datang ke rumahku. Bahkan gilanya lagi, si bos minta izinku untuk meniduri istriku di rumahku. Aku terpaksa mengiyakan sambil hatiku galau. Bagaimana tidak rasanya kelaki-lakianku martabatnya terganggu juga. Namun aku introspeski dengan kehidupankau selama ini, toh hal itu sudah lama terjadi. Bedanya mereka tidak bermain di depanku, sekarang mereka terang-terangan di depanku. Ah apa bedanya, toh substansinya sama. Satu hari sedang aku asyik menonton TV sementara istriku digeluti si bos di kamar, istriku mengsms. Dia minta aku masuk ke kamar. Dia menceritakan si bos ingin merasakan sensasi baru, 3 some denganku. Aku pikir ini merupakan fantasi sex ku yang sudah lama aku simpan, tetapi aku belum pernah menghayalkannya ber 3some dengan si bos. Aku berpikir ini perlu dicoba, paling tidak si bos akan tambah akrab denganku. Ketika pintu kamar aku buka mereka berdua berada di bawah selimut.

Aku duga mereka pasti telanjang bulat. Aku segera melucuti semua bajuku. Penisku belum terlalu tegang, meski sudah mulai terisi. Aku naik ke tempat tidur dan penisku langsung diraih istriku. Dia segera menghisap batang penisku tanpa mempedulikan si bos yang tidur di sebelahnya. Si bos lalu membuka selimut dan Stefi diminta berposisi merangkak. Aku terduduk di sandaran tempat tidur, sementara si Bos menyodok memek istriku dari belakang di bermain semangat sekali. Rupanya dia ingin berganti posisi. Si bos tidur telentang dan Stefi diminta menindihnya dan barangnya dimasukkan ke dalam memek Stefi. Sementara aku diminta melakukan anal dengan Stefi. Aku memang sudah sering melakukan hubungan anal dengan Stefi, jadi permintaan si Bos ini tidak terlalu aneh. Istriku digenjot oleh dua laki-laki di kedua lubangnya. Aku menikmati sekali sensasi ini. Si bos lalu minta bertukar posisi, aku di bawah Stefi menggenjot memeknya dan si bos mengambil jatah anal. Si bos dengan semangat menggenjot anal Stefi sementara aku dan stefi diam saja. Sebab kalau aku ikut menggenjot, kontolku bisa lepas dari memek Stefi. Tidak lama kemudian si bos mencapai ejakulasi di dubur Stefi. Dia melenguh panjang dan aku merasakan spermanya meleleh membasahi batangku. Sibos mencabut penisnya dan tidur telentang di samping ku Aku meneruskan permainan dengan Stefi. Pemandangan Stefi bergerak naik turun menduduki penisku memang merupakan pemandangan indah. Teteknya yang cukup besar dan kencang bergoyang-goyang seirama dengan hentakan tubuh Stefi. Dia makin cepat bergerak dan aku tau bahwa Stefi sudah menjelang orgasmenya. Stefi menjerit dan ambruk menindih tubuhku . Aku segera membalikkan posisi Stefi dan menggenjot dengan keras sampai aku pun ejakulasi. Setelah selesai permainan babak itu kami bertiga menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Seusainya aku diminta Si bos untuk tetap di kamar. Kami lalu duduk di kursi yang berbeda sambil merokok dan menenggak bir. Sementara itu Stefi duduk di bawah si si Bos sambil melomoti penis si Bos yang masih lemas. Stefi tahu benar cara menservice si bos. Lama Stefi mengulum penis si Bos tetapi, penisnya tak kunjung mengeras. Sementara penisku pelan-pelan mulai meregang. Kami lalu pindah posisi di tempat tidur. Stefi berbaring mengulum kontolku sementara memek Stefi dilahap oleh oleh si Bos. Kuakui Stefi sangat pandai menjaga memeknya, sehingga haunya selalu mengggairahkan. Mungkin itu pula yang menjadi daya tarik si Bos mau memelihara Stefi begitu lama. Aku akhirnya main lagi denan Stefi sementara si Bos duduk di kursi sambil mangambil foto kami yang sedang main. Bagi ku tidak masalah, toh Stefi istriku resmi. Malah aku berterima kasih sama si Bos telah mau jadi juru foto untuk dokumentasi pribadi kami. Sejak saat itu aku jadi makin arab dengan si Bos. Dia pun sering diam-diam mentransfer uang ke rekeningku tanpa setahu Stefi. Uang itu aku simpan , sampai akhirnya cukup untuk membuka usaha mini market . aku membeli dua ruko berdampingan dan di situlah minimarket yang merupakan waralaba dari merek terkenal. Paling tidak pendapatan dari mini market itu kelak bisa menunjang kehidupan kami. Kehidupan sex kami makin gila, karena kami kemudian bergabung dengan klub swinger. Ini membawa pergaulanku makin luas dan dari koneksi dengan grupku itu aku bisa mengembangkan marketing, baik rumah, asuransi ataupun apa saja. Dan lebih gilanya lagi si Bos kemudian membawa teman-temannya mengerjai istriku. Pernah istriku satu kali melayani 5 orang sekaligus di hotel. Aku ikut disitu, tetapi tidak ikut main. Aku diam-diam dan secara tersembunyi merekam kegiatan mereka melalui kamera . Semua wajah mereka yang gila sex terekam. Aku mengeditnya kemudian sehingga mutunya jadi lumayan bagus, seolah-olah pengambilan gambar itu tidak dilakukan secara sembunyi.
--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---

cerita dewasa | Cerita ngentot di Solo

Solo, memang kota yang sangat menggoda bagi ku. Aku bahkan memendam keinginan tinggal di Solo daripada di Jakarta. Kota ini rasanya bisa menentramkan hatiku, dan yang lebih menarik lagi adalah putri Solo itu lho.
Itulah kekagumanku buat Solo. Ini adalah perjalananku untuk kesekian kalinya ke Solo. Namun kali ini bukan dalam rangka tugas atau bisnis, tapi hanya alas an yang sangat sederhana, mau pijat saja.
Jangan salah duga dulu, aku bukan mencari pemijat wanita, tetapi pemijat pria. Dia adalah Pak Min yang cukup kondang di Solo. Tapi aku ingin juga agak berlama-lama di Solo untuk sekedar refreshing. Kalau berasalan di rumah banyak hal bisa didalihkan, bisnislah, tugaslah, ya macam-macamlah.
Aku sebelumnya sempat diperkenalkan kepada Pak Min, ahli memijat oleh saudaraku di Jogya. Sebulan lalu aku mencoba kemampuan Pak Min. Aku menginap di hotel dan Pak Min segera ku kontak. Pijatannya memang luar biasa, sakit, tetapi rematikku di bahu beberapa hari kemudian memang terasa berkurang sakitnya. Katanya aku perlu sekitar 4 kali dipijat, baru rematikku bisa sembuh.

Di usia kepala 5 memang mulai banyak gangguan kesehatan, dan ketangguhan agak berkurang.
Untuk alasan pijat itulah aku kembali ke Solo. Kali ini aku mencari hotel dengan kamar yang luas, katakanlah setingkat suite room. Setelah urusan pijat pada siang hari, aku tertidur sampai menjelang sore.
Perutku mulai terasa lapar, aku kurang suka dengan makanan hotel. Dengan baju santai aku jalan ke depan hotel. Beberapa tukan becak mendekatiku dan menawarkan jalan-jalan keliling kota. Kupilih tukang becak yang cukup tua dan kelihatannya ramah. Meski umurnya sekitar 40 an, tetapi tenaganya masih kuat. Aku lalu minta dia mengantarkan ke satu alamat warung soto, salah satu kesukaanku di Solo.
Warung itu terkenal, sehingga tukang becak yang belakangan kuketahui namanya Paino segera mempersilakan aku duduk di becaknya. Dia dalam perjalanan menawarkan aku untuk menyewanya pulang pergi. Aku menyetujui saja.
Ketika sampai ke warung soto, Pak Paino kuajak makan sekalian, tetapi dia kelihatan segan dan agak malu. Setelah kupaksa, akhirnya dia mau juga ikut makan soto bersamaku. Kebiasaan ku memang begitu. Apalah artinya biaya menraktir seporsi soto. Aku kan kemudian bisa mengorek informasi lebih banyak, serta lebih memahami pribadi si Paino.
Pulangnya Paino mulai melancarkan serangan khas tukang becak Solo. “Pak apa perlu dicarikan teman, apa gimana ??” katanya.
“Bapak tau tempatnya, apa ?” tanyaku.
“Wah tukang becak hotel, pasti tau Pak, ada penampungan, ada yang rumahan, ada yang tukang pijet, tinggal bapak mau yang maaa..na ??” katanya dengan logat Jawa yang kental..
“ Punya koleksi STW, ?” tanyaku.
“ STW ada ABG juga ada,” katanya.
“Ah saya lagi pengen yang STW, tapi bukan yang pasaran, ada nggak,” tanyaku.
“ Ada pak, dia malah belum pernah ke hotel, janda dekat gang rumah saya,” kata Paino.
“Orangnya gimana,” tanyaku.
“ Ya kalau menurut saya sih lumayan, janda belum punya anak. Dia pernah ngomong ke saya kalau ada kerjaan mijet tamu hotel, katanya dia mau. Orang nggak punya pak. Kalau bapak mau lihat dulu, monggo saya antarkan,” katanya.
Setelah berbicara agak panjang dan mengatur strategi, akhirnya aku setuju melihat, tetangga si Paino.
Aku minum es kelapa muda dan si janda itu pura-pura beli rinso di warung sebelah. Dia memandangku dan aku pun sempat mencermati dirinya.
5bok
Wah lumayan juga, agak gemuk, tampang khas Jawa. Dan mukanya cukup manis.
Setelah dia berlalu aku kembali ke becak, dan aku langsung setuju agar Paino membawanya ke hotel.
Padahal aku baru di pjat oleh Pak Min. Pemijat profesional ini bukan sembarangan, untuk memastikan keberadaannya aku harus telepon jauh-jauh hari. Langganannya banyak dan sering ke luar kota dan keluar negeri. Banyak pengusaha dan petinggi yang jadi pelanggannya.
Nah aku habis dipijat Pak Min, malah pengin dipijat lagi. Masalahnya pijatan Pak Min tadi sakit. Aku sekarang ingin pijatan yang nyaman.
Sekitar satu jam aku menunggu di kamar hotel sampai ketiduran. Aku terkesiap ketika pintu kamarku diketok. Pak Min dan janda itu berada di depan pintu. Pak Min kuselipin limpulRp, dan pemijatnya kusilakan masuk.
Namanya Marni, Dia duduk di kursi dengan menundukkan kepala. Mungkin ini adalah job yang pertamanya, sehingga dia rikuh berada di kamar hotel bersamaku. Kutawari minum, untuk mencairkan suasana, tapi dia menolak.
Aku merokok sebentar sambil membuka obrolan. Marni jadi janda karena suaminya kawin lagi setelah tidak puas karena Marni tidak bisa punya anak. Dia hidup dengan bekerja sebagai buruh cuci. Rumahnya adalah kamar kontrakan yang dibayar bulanan. Dia tinggal bersama keponakannya perempuan yang baru datang dari kampung ingin cari kerja di Solo.
“Sudah pernah mijet mbak,” tanyaku.
“Kalau di hotel, belum, tapi mijet suami dulu sering,” katanya tertahan karena malu.
Dari obrolan itu, suasananya mulai cair. Aku membuka baju hingga tinggal celana dalam dan tidur telungkup. Mbak Marni mulai melancarkan pijatan dimulai dari kaki. Tekanan pijatannya masih kurang nyaman, mungkin karena dia belum mahir.
Akhirnya aku bangkit dan berusaha mengajarkan cara pijatan yang kusukai. Untuk itu Mbak Marni kuminta tidur telungkup. Mulanya dia menolak. Mungkin malu bercampur sungkan, tetapi setelah aku membujuk dan setengah paksa, akhirnya dia pasrah.
Repotnya dia mengenakan kain kebaya dan jarik, jadi agak susah.
Di kamar hotel untungnya ada disediakan kimono, Mbak Marni lalu kuminta melepas bajunya di kamar mandi dan menggantinya mengenakan kimono. Mulanya dia agak malu, tetapi setelah kubujuk-bujuk dia akhirnya mau juga. Sebelumnya aku ikut masuk ke kamar mandi menjelaskan penggunaan kran2 di kamar mandi. Paling tidak kalau dia kebelet pipis tidak perlu ditahan lama-lama, karena bingung cara penggunaan kran air panas, air dingin.
Setelah kamar mandi kututup, tidak lama kemudian terdengar air toilet menggelontor. Ternyata dia memang kebelet pipis.
Mbak Marni keluar dengan kimono. Dia agak malu-malu, meskipun seluruh tubuhnya tertutup rapat. Aku kembali memintanya telungkup dan kuajarkan pijatan dengan tekanan-tekanan di sekitar kakiku.
Setelah dia paham, aku kembali dipijatnya. Pijatannya mulai terasa nyaman dengan tekanan-tekanan yang kuinginkan. Mbak Marni agak nekat juga, dia belum begitu paham memijat, tetapi sudah berani terima orderan pijat. Mungkin karena desakan ekonomi akhirnya dia terpaksa melakukan pekerjaan ini. Menurut Mbak Marni, Painolah yang punya ide agar Mbak Marni mencari tambahan jadi pemijat di hotel. Kata Paino, sekali mijat bisa dapat 100 sampai 150ribu perak. Jumlah itu bagi Marni adalah jumlah yang luar biasa, karena dia kerja sebulan paling hanya dapat 400 ribu. “Lha kalau semalam dapat orderan dua kali, ya udah banyak sekali,” katanya.
Obrolan mereka soal ide Paino itu baru 2 hari lalu. Mbak Marni ternyata doyan ngobrol setelah suasananya cair. Aku yang sebenarnya ingin tidur sambil dipijat jadi terpaksa menimpali omongannya.
Mbak Marni jadi akrab, banyak hal diungkapkannya termasuk kehidupannya ketika masih punya suami dulu.
Tapi masalahnya sebagai tukang pijat pengetahuannya masih boleh dibilang Nol. Aku terpaksa jadi instruktur. Untuk babak mengurut dengan lumuran cream aku minta Mbak tidur telungkup dan aku mengajarinya bagaimana melakukan pengurutan. Kali ini dia tidak lagi canggung. “Wah aku tugase mijet malah dipijet,” katanya.
Awalnya aku mengurut bagian telapak kaki, kiri dan kanan, lalu betis kiri dan kanan. Sampai urusan ngurut betis, kimono mulai tersingkap sampai lutut.
Lutut bagian belakang adalah salah satu titik sensitif wanita. Aku melakukan sentuhan dan urutan khusus di daerah ini. Aku memang rada jahil, tapi ingin tahu juga apakah Mbak Marni terpengaruh dengan sentuhan ku. Terus terang dari tadi aku sudah berfikir untuk menggumuli Marni, tapi aku ingin melalui proses yang alami.
Marni mengaku pijatanku itu enak dan kadang-kadang bikin kemrenyeng. Bisa jadi dia merasa geli atau juga terangsang. Aku tidak minta penegasan apa arti kemrenyeng .
Giliran berikutnya adalah mengurut bagian paha. Sengaja aku tidak menyingkap kimononya, tetapi tanganku menerobos melumasi dan mengurut pahanya. Paha si Marni ini terasa tegap. Ini adalah model paha wanita yang aku senangi. Bagian dalam paha wanita adalah bagian yang juga menimbulkan rangsangan. Aku berkali-kali mengurut bagian itu sampai dekat sekali dengan bagian kemaluannya.
Gerakanku mengurut itu menyebabkan kimononya makin tersingkap ke atas sehingga celana dalam Marni kelihatan. Dia tidak peduli. Malah kadang-kadang beringsut merasakan urutanku yang mendekati bagian kemaluannya. Tanganku kemudian beringsut masuk ke balik celana dalamnya dan mengurut gumpalan bokongnya yang besar. Terlihat benar, jika Marni sudah terangsang. Dia tidak menyadari bahwa dia mulai mendesis sesekali. Bagian gumpalan pantat adalah bagian yang sensitif, dan aku agak lama menekan-nekan bagian itu, sampai dia bergelinjang.
Gerakan urutanku mulai nakal karena jempol kiri dan kananku mulai menerobos belahan pantatnya sampai dekat dengan kemaluannya. Jempolku sudah merasakan bulu-bulu kemaluannya. Tapi Marni tidak perduli. Gerakan jempolku naik dan turun melalui belahan pantatnya semakin membuat Marni melayang.
“Aduh Pak saya nggak tahan lama-lama, rasanya jadi nggak karuan,” kata Marni setengah terengah.
“Tahan dulu biar ngajarinya nggak sepotong-sepotong, saya tuntaskan dulu,” kataku.
Bagian punggung adalah bab berikutnya. Kimono, ketika kuminta dibuka, Marni tidak terlalu mempertahankan, meski dia mengatakan malu. Tapi dengan alasan mengurut punggung, maka dia menyerah membuka kimono sambil tetap tiduran.
Kimono sudah terbuka dan Marni tidur telungkup dengan celana dalam dan BH. Meskipun dia STW tetapi tubuhnya masih berpotongan gitar. Pinggangnya kecil, bokongnya gede, dan susunya juga gemuk.
Mulanya aku mengurut punggungnya dengan membiarkan BHnya tetap terpasang. Namun setelah beberapa saat aku buka kaitan BHnya agar aku lebih leluasa mengurutnya dia tidak protes, alias diam saja.
Marni memuji urut ku benar-benar nikmat. Aku mulai mengurut bagian samping badannya sehingga sesekali menyentuh pinggir payudaranya. Bagian ini juga adalah titik sensitif perempuan.
Aku memintanya berbalik, sehingga telentang. Dia malu, tapi tali BHnya tidak dia pasangkan, kecuali mempertahankan BHnya menutupi payudaranya yang meluber.
Aku cuek dan pura-pura tidak memperhatikan. Padahal aku terkesan tetaknya besar sekali.
Aku mulai lagi dari kaki lagi, tetapi hanya sebentar lalu pindah kebagian paha. Aku kembali mengurut paha bagian dalam, dan kali ini jempolku sudah sampai menyentuh bulu kemaluannya yang terasa agak jarang.
Tanganku menyuruk ke balik celananya dan memijat bagian atas kemaluannya lalu jempolku kiri dan kanan turun sampai menekan gundukan kemaluannya kebawah.
Marni terlihat sudah sangat terangsang sehingga tidak peduli lagi dan rasa malunya sudah sirna.
Jempolku memang belum masuk ke liang vaginanya, tetapi sudah menyentuh clitorisnya. Setiap sentuhan halus si clitorisnya dia menggelinjang. Berkali-kali aku lakukan sampai akhirnya tanpa izinnya aku peloroti celananya. Marni malah membantu dengan mengangkat pinggulnya.
Di depanku terpampang jelas kemaluan Marni yang ditumbuhi jembut yang jarang tetapi bentuknya gemuk. Kata orang Jawa, mentul. Aku kembali melakukan urutan di sekitar kemaluannya. Marni menggelinjang-gelinjang setiap kali clitorisnya tersentuh.
Aku tinggalkan bagian kemaluan lalu naik ke perut dengan gerakan halus aku mengusap perutnya. Bagian ini tidak terlalu aku tekan dan tidak lama juga aku melakukannya. Pijatan naik ke atas dan aku mulai menjangkau bagian dada. Aku sengaja mengurut bagian pinggir payudaranya dengan gerakan memutar. Akibatnya BHnya tidak lagi menutupi kedua gundukan daging itu. Pentil Marni tidak terlalu besar. Mungkin karena dia belum pernah hamil, apalagi menyusui.
BHnya aku singkirkan dan Marni tidak protes. Setelah kedua payudaranya terpampang bebas aku melakukan pijatan memutar, dengan diakhiri oleh usapan telunjukku memutar di puting susunya.
Marni sudah tidak karuan. Dia sudah sangat terangsang. Dia lupa bahwa seharusnya dia mengingat semua gerakan pijatanku. Dia malah menikmati pijatanku.
Setelah kurasa cukup aku kembali memijat daerah sekitar kemaluannya. Dimulai dari bagian pinggir akhirnya telunjukku mengusap-usap clitorisnya. Marni menggelinjang dan mendesis-desis. Kelihatannya dia semakin hot.
Pelan-pelan jari tengahku menerobos masuk ke dalam lubang vaginanya. Jariku mencari wilayah Gspot, sampai kutemukan bagian jaringan lembut di dalam dinding atas vaginanya. Kuusap-usap bagian itu dengan gerakan halus. Marni sesekali mengaduh keenakan. Aku memperkirakan dia sudah hampir mencapai orgasmenya. Kumasukkan jari tengah dan jari manisku. Aku mengambil posisi bersimpuh di sisi kirinya. Dengan gerakan tiba-tiba aku melakukan gerakan mengangkat tubuh Marni berstumpu kedua jariku di lubang vaginanya . Kuangkat berkali-kali sampai tubuhnya terangkat sedikit, tetapi dampaknya Marni sudah seperti orang kesetanan, mendesis, mengaduh dan kadang berteriak lirih. Tidak sampai 3 menit gerakan itu aku lakukan Marni mulai mencapai titik orgasme ditandai dengan teriakan yang tertahan. Tepat pada saat dia mencapai orgasme aku menghentikan gerakan dan dengan tangan yang satu berusaha menyibak kedua bibir kemaluannya. Dari lubang kencingnya muncrat cairan agak kental, seperti layaknya ejakulasi pada pria.
Setelah ejakulasinya reda mbak Marni mengatakan bahwa seumur hidup dia belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Badannya dirasakannya lemas dan tulang-tulang rasanya mau copot, dia merasa lelah sekali dan ngantuk.
Seharusnya setelah mendapat pelajaran memijat dia ganti akan memijatku, tetapi sekarang sudah tertidur mendengkur halus. Aku menutup badannya yang telanjang bulat dengan selimut. Aku ikut tidur di sebelahnya dalam satu selimut.
Entah berapa lama aku tertidur. Mbak Marni kelihatannya masih pulas. Kamar terasa gelap. Aku meraih tombol lampu dan sekaligus remote TV. Aku duduk bersandar di tempat tidur sambil menonton TV.
Mendengar suara TV mbak Marni terbangun. Ia melihat sekeliling. Terlihat dia seperti mengingat-ingat sesuatu. Ternyata dia bingung ketika bangun sedang berada dimana. Akhirnya dia melihatku dan ingatannya pulih bahwa dia baru tertidur di kamar hotel mewah.
“Mas aku tadi di apake, kok iso lemes tenan lan enak banget,” katanya.
Aku hanya menjawab bahwa tadi adalah pelajaran pijat komplit. Mbak Marni merasa badannya sudah segar.
Saya menawarkan dia agar menginap saja malam ini di hotel. Besok pulangnya akan saya sangoni sejuta. “ Ah mas aku jadi malu, nggak usah dibayarpun aku mau tidur ama mas, orangnya baik. Aku cuma kepikiran si Indri, dia sendirian, tapi udahlah dia tadi tau kok aku kerja,” kata mbak Marni.
Marni lalu memelukku dan kepalanya di letakkan di atas dadaku. Aku dianggapnya seperti suaminya.
Ruangan hotel terasa sangat dingin. Remote AC kuraih untuk mematikan AC, paling tidak mengurangi dingin.
“Mas aku kebelet pipis, tapi aku malu gak pake baju,” kata Marni.
“Malu sama sapa, dari tadi aku sudah liat kamu telanjang, kan ndak ada orang lain,” kataku.
3666624bafba005e71942cb9c38cf764ee5a41d
“Tapi jangan diketawai ya mas badanku gemuk,” katanya sambil menyibakkan selimut lalu berjalan terburu-buru ke kamar mandi.
Aku dengar dia menggelontorkan wc dan terdengar juga suara shower.
Aku berdiri menuju meja untuk membuat air panas guna membuat kopi. Kebetulan Marni keluar, dia sekalian aku ajarkan cara memasak air dengan ceret listrik guna membuat kopi. “ Sudah mas sini saya saja yang buat kopinya,” katanya.
Aku duduk sambil menghirup kopi dan merokok. Marni bermanja dengan ku. Dia duduk dipangkuanku. Aku masih mengenakan celana dalam sedang Marni telanjang bulat dipangkuanku.
Aku memeluknya dari belakang dan meremas-remas teteknya, Telapak tanganku tidak muat menutup semua teteknya. Marni meski miskin dia beruntung memiliki body yang bagus. Pantatnya besar menyembul kebelakang dan memiliki pinggang yang agak ramping serta perutnya tidak membuncit.
Wajahnya lumayan manis. Mungkin karena kurang perawatan keayuannya sangat bersahaja.
“Ayo mas sekarang saya pijat, saya sudah seger dan masih ingat pelajarannya tadi,” katanya.
Aku segera bangkit dan langsung tengkurap. Marni menjalankan tugasnya. Kini pijatannya sudah nikmat. Dia memahami bagian-bagian mana yang terasa enak dipijat.
“Wis celananya dicopot aja mas, biar kita sama-sama telanjang, adil to,” katanya sambil meloloskan celana dalamku.
Aku benar-benar menikmati pijatannya, kecuali bagian yang sakit bekas dipijat Pak Min tadi siang. Marni kuminta bagian yang sedang “njarem” untuk tidak disentuh.
Dia pandai pula memainkan jarinya mengurutku mulai dari kaki sampai ke pundak. Sensasi dipijat perempuan telanjang adalah ketika dia menduduki tubuhku terasa rambut kemaluannya menggerus-gerus di punggung.
Giliran disuruh telentang, tak ayal lagi penisku langsung tegak bebas. “ Wah mas itunya udah ngaceng ya,” katanya sambil meraih penisku.
Dia pandai pula memijat dan berlama-lama di bagian kemaluanku. Aku merasa sudah terbang dengan kenikmatan sentuhannya. Tidak aku sangka dia memainkan lidahnya menjilati penis dan buah zakarku. Sesekali dikulumnya batang penisku lalu disedotnya. Rasanya air maniku seperti akan dipaksa keluar.
“Mas boleh nggak aku masuki ke tempik ku,” tanyanya.
Aku hanya mengangguk saja.
Marni mengatur posisi diatas tubuhku dan perlahan-lahan dibenamkannya penisku ke dalam memeknya. Setelah terbenam semua dia berhenti sebentar, lalu dia melakukan kontraksi. Penisku terasa seperti dipijat oleh vagina Marni. Dia melakukannya berkali-kali menambah kenikmatan di sekujur penisku.
Marni kemudian melakukan gerakan memutar, sehingga penisku seperti mengaduk vaginanya dan aku merasa penisku seperti diremas-remas.
Sepertinya aku tidak akan mampu bertahan jika dia terus melakukan gerakan itu. Badannya kutarik sehingga dia menindihku.
Pada posisi itu dia kelihatannya mengatur posisi agar clitorisnya tersentuh oleh jembutku lalu dia menekan dan menggesekkan dengan gerakan penuh perasaan. Marni lalu mendesis-desis. Aku melihat situasi itu makin terangsang dan rasanya sebentar lagi laharku akan keluar. Marni makin menekankan clitorisnya ke tubuhku dan gerakannya agak cepat . Aku pun menikmatinya dan sudah tidak tertahankan lagi kulepas beban lahar yang sudah mendesak. Kutembakkan spermaku ke dalam vagina Marni. Mungkin siraman panas spermaku membuat dia ikut mencapai orgasme., sehingga vaginanya berkedut-kedut dan dia mendekapku erat sekali.
Agak lama Marni menindih tubuhku sampai seluruh orgasmenya tuntas. Pelan-pelan diangkatnya tubuhnya sambil tanggannya menjaga agar maniku tidak tumpah. Dia lalu buru-buru berjalan ke kamar mandi sambil mengepit tangannya di kemaluan.
Aku tergeletak lemas. Marni keluar dari kamar mandi dengan handuk lembab di tangannya. Penis dan sekitar kemaluanku dibersihkannya dengan handuk kecil yang lembab dan hangat.
Kami istirahat sebentar. Aku lalu merasa ingin berendam di bathtub dengan air hangat. Marni kuajari membersihkan bathtub. Bathtub di kamar suit hotel ini tidak berbentuk memanjang, tetapi segitiga seperti bak jacuzi . Marni mengerti cara mengatur air panas.
Sementara dia mempersiapkan air mandi aku menelpon room service untuk memesan dua porsi nasi goreng.
Nikmat sekali rasanya berendam air hangat di bak. Inginnya berlama-lama. Apalagi berendam berdua dengan Marni yang montok.
Tengah kami berendam, bel pintu berbunyi, menandakan pesanan nasi gorengku sudah datang. Dengan berbalut kimono aku membuka pintu dan menyelesaikan urusan orderku itu.
Aku kembali berendam. Mungkin karena terendam air hangat, penisku kembali memuai. Apalagi Marni bersandar ke badanku sehingga bokongnya menyentuh penisku. Aku meremas-remas teteknya yang kenyal dan gede sekali. Kami saling menyabuni, Penisku semakin mengeras karena Marni mengocok dan melumuri sabun di penisku. Tapi dia tidak menuntaskannya. Setelah bilas, penisku masih terus menegang.
Kami mentas dan belum mengeringkan badan dengan handuk Marni kupeluk dari belakang. Penisku kutusuk ke bagian pantatnya . Marni kuarahkan membungkuk sambil berpegangan meja toilet, lalu kutusuk penisku dari belakang. Permainan begini sebenarnya kurang nyaman bagi penisku, karena penetrasinya kurang maksimal. Gumpalan daging di bokongnya agak menghalangi penetrasi lebih jauh. Jadi sensasinya saja yang kunikmati. Belum sampai 5 menit aku mulai merasa lelah. Marni kuputar dan kutarik duduk diatas pangkuanku. Aku duduk di toilet bowl yang tertutup. Marni mengangkang duduk dipangkuanku dengan posisi berhadapan. Penisku plug and play di vaginanya. Marni memutar-mutar pinggulnya sehingga penisku serasa diremas-remas.
Aku tidak bisa memperkirakan berapa lama kami bermain dengan posisi itu. Karena aku asyik menyedot susu Marni yang terpampang di depanku. Kurasakan Marni menemukan posisi yang membuat rangsangan di vaginanya maksimal sehingga dia mulai mendesis-desis lagi. Sementara aku agak merasa kebal, karena sudah sekali orgasme. Gerakan Marni makin liar, lalu tiba-tiba dia mendekapku erat sekali dan lubang vaginanya berdenyut-denyut.
Kami mencuci kemaluan dengan sabun, sementara penisku masih terus tegak. Tanpa mengeringkan dengan handuk badan kami sudah kering. Aku membimbing Marni ke Tempat tidur. Aku ciumi kedua payudaranya lalu pelan-pelan turun ke bawah, sampai akhirnya aku menjilati sekitar kemaluannya. Mulanya Marni mencegah karena katanya jijik. Marni belum pernah di oral suaminya, sehingga dia belum punya pengalaman. Aku tetap bertahan sampai lidahku menyentuh sekitar clitorisnya. Marni menggeliat dan akhirnya tangan yang tadinya berusaha mencegah kepalaku mendekati vagina sudah melemas. Marni mulai menikmati jilatanku di sekitar clitorisnya. Dia mulai mendesah-desah dan aku memfokuskan jilatan ke seputar kepala clitorisnya. Pinggulnya mulai bergerak mengikuti gejolak nafsunya. Aku terpaksa menahan gerakan itu dengan kedua tanganku memeluk kedua pahanya yang besar. Gerakan itu menyulitkan jilatanku terfokus. Aku sekarang menyerang langsung ujung clitoris yang terasa menonjol. Marni belingsatan dan tak lama kemudian dia mencapai orgasme.
Sementara orgasme. Lidahku kutekan ke clitorisnya. Clitorisnya ikut berdenyut-denyut seperti penis pria.
Wajah puas tergambar di wajah Marni. Aku meneruskan aksiku mencolokkan kedua jariku kedalam vagina. Aku mulai melakukan aksi mengangkat badan Marni dengan kedua jariku dengan ritme cepat. Marni melolong-lolong karna kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Mungkin belum sampai satu menit dia sudah menjerit mencapai orgasme Kembali kutekan seluruh permukaan kemaluannya sampai denyutan orgasmenya tuntas.
Jeda sekitar satu menit aku kembali melakukan aksi merangsang Gspot dengan aksi kedua jariku kedlam vaginanya. Marni mendesis-desis sambil sesekali meneriakkan ampun karena badannya lemas sekali. Tapi aku tidak perduli dan aksi kuteruskan. Marni makin cepat mencapai orgasme lagi. Begitu berkali-kali aku lakukan sehingga Marni mencapai multi orgasme berkali-kali. Mungkin dia sudah mencapai 10 kali orgasme melalui kukerjai seperti itu. Aku lalu mencoba memasukkan penisku ke vaginanya. Rasa vaginanya menjepit sekali. Aku sejak lama menandai, jika wanita usai orgasme, vaginanya terasa nikmat sekali jika ditusuk penis.
Aku berusaha berkonsentrasi menggenjot Marni. Mungkin karena efek multi orgasme tadi, Marni kembali mendapat orgasmenya, sementara aku masih setengah jalan. Jadi meski dia berteriak-teriak minta ampun dan minta aku berhenti sebentar, tapi tetap aku genjot. Keganasan itu rupanya membuat Marni menjadi lebih cepat mendapat orgasme lagi. Akupun mencapai orgasme dan ejakulasiku. Kubenamkan dalam-dalam penis sehingga kami sama-sama terkulai.
Spermaku tidak banyak keluar, sehingga tidak sampai tumpah keluar.liang vagina. Aku segera ke kamar mandi membersihkan penisku dan berkumur, lalu membawa handuk lembab untuk membersihkan kemaluan Marni yang banjir.
Ruang terasa panas, karena tadi AC kumatikan . Aku menghidupkan AC dan Marni yang sudah pasrah kuselimuti. Aku pun ikut menyelinap di bawah selimut. Kami terlelap.
Aku terbangun karena sinar matahari mulai menembus tirai dan juga kebelet pipis. Usai melepaskan hajat kecilku Marni mengikuti pipis juga di kamar mandi.
Badanku terasa lelah sekali dan tidak seperti biasanya, jika pagi penisku bangun, tapi kali ini dia tetap loyo. Aku berpikir, mungkin karena semalam sudah terlalu banyak tugas, sehingga dia sekarang malas bangun.
Aku tidur tengkurap dan kuminta Marni yang sudah segar untuk memijatku. Pijatan pagi-pagi gini nikmatnya luat biasa. Apalagi yang dipijat dan yang memijat sama-sama bugil. Aku dan Marni main satu ronde lagi setelah akhirnya penisku bangun karena dirangsang Marni.
Kami Mandi bersama dan kulihat jam sudah menunjukkan 10 pagi. Sarapan di restoran hotel tentunya sudah tutup.
Aku mengeluarkan uang di dompetku 10 lembar uang ratusan dan kuserahkan ke Marni. Dia mulanya malu-malu menerima, tapi akhirnya dimasukkan juga uang itu ke dalam dompet di tasnya, sambil berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Sebelum pamit pulang Marni kuminta untuk menemaniku lagi malam nanti. Dia sempat mencatat no HP ku. Lalu kuantar turun menemui Paino untuk pulang ke rumah.
Aku kembali ke kamar meneruskan tidur sebentar. Tapi mata susah terpejam, karena perut lapar.
Aku turun dan di depan hotel kulihat Paino sudah stand by di situ. Aku langsung duduk di becaknya dan aku minta dia mengantar ke soto Triwindu. Paino banyak bercerita, tentang cerita si Marni, Kata Marni menurut Paino aku baik sekali dan duitnya banyak.
Aku jadi teringat cerita film Pretty Woman, aku jadi seperti orang yang diperankan Richard Gere, tapi pasanganku bukan ABG melainkan STW.
Selepas makan aku minta diantar Paino ke Grand Mall. Suasana di Grand Mall, tidak jauh berbeda dengan mall di Jakarta. Baik model pengunjungnya maupun situasinya. Lelah berkeliling tanpa tujuan, akhirnya aku ngopi. Di tengah lagi asyik mengepul, HP ku berdering, No lokal yang tidak aku kenal. Ternyata Marni yang menelepon. Dia bertanya aku sedang dimana. Kujelaskan posisiku, dia katanya mau menyusul. Aku menunggunya sekitar setengah jam sampai melihat Marni bergandengan dengan seorang ABG, keduanya tampil agak modis juga sesuai dengan orang-orang di mall.
“Ini mas keponakanku, dia katanya pengin ikut ke mall,” kata Marni memperkenalkan Indri.
Indri cukup manis, badannya cukup berisi, kulitnya agak gelap. Umurnya kutaksir sekitar 19 tahun dan rambutnya sebahu lebat dan lurus. Anak ini jika dirawat, bisa kelihatan lebih cantik. Apalagi bakalannya sudah memadai, seperti pantatnya yang padat mirip budenya, pahanya yang padat berisi dibungkus celana jeans. Susunya lumayan besar juga untuk anak seumuran dia. Sayangnya kulitnya agak gelap jadi masih terlihat ada kesan ndesonya.
Kami mengobrol sebentar, dan Indri ternyata bukan tipe pemalu. Dia malah minta aku mencarikan pekerjaan.Dia baru lulus SMA di kampungnya dan ke Solo mau cari kerja.
“Kenapa gak cari pacar dulu, baru cari kerja,” godaku.
“Ah cari pacar lebih gampang oom dari pada cari kerja,” katanya.
Aku jadi tergoda untuk mendandani si Indri menjadi agak modis. “Mau ngga oom beliin baju,” kataku menggoda.
“Mau dong,” jawabnya cepat.
Kami lalu beranjak dari cafe menuju salah satu departemen store. Aku memberinya jatah sejuta untuk dibelanjakan semaunya. Uangnya aku genggamkan ke Indri. “Aku juga mau dong mas,” sambung si Marni. Dia kuberi lagi sejuta.
Mereka berdua berpisah dariku. Hampir satu jam kemudian mereka berdua menghampiriku. Bajunya langsung ganti yang baru. Baju yang lama mereka bungkus. “ Oom uangnya masih sisa duaratus, mau aku beliin HP, gak papa ya,” katanya.
Kami lalu naik ke lantai yang banyak terdapat toko HP. Kami berhenti di salah satu toko yang kelihatannya cukup lengkap koleksi HPnya. Indri bingung menghadapi begitu banyak macam, sementara Marni diam saja. Mungkin dia lebih bingung lagi jika disuruh memilih. Aku lalu minta SPGnya untuk menunjukkan HP Nokia yang featurenya cukup lengkap dengan MP3, Radio, kamera 2 M. SPGnya lalu menyodorkan HP warna pink, kalau nggak salah ingat tipenya supernova. Indri berbisik bahwa harganya mahal. Dia lalu kubisik bahwa aku yang bayar, sisa 200 tadi kusuruh dia simpan saja. Aku minta SPG nya membuka segel kotaknya. Model HPnya memang ABG banget. Dari modelnya Indri sudah merasa sreg banget. Alagi dia tahu bahwa bisa nyimpan lagu-lagu, dengerin radio dan ada kameranya aku minta sekalian dilengkapi memory cardnya kapasitas 2 GB. Marni kupilihkan tipe yang lebih sederhana, karena aku yakin dia tidak memerlukan MP3, Radio, kamera. Bagi dia HP cukup yang bisa SMS dan nelpon. Sekalian aku belikan kartunya Simpati agar kalau dikampungnya masih ada signal. Si Paino aku belikankan lagi HP Nokia yang lebih murah lagi, lengkap dengan kartunya dan langsung dihidupkan. Ketiga nomor mereka segera aku simpan di HPku.
Perut sudah mulai lapar lagi, kami meninggalkan toko HP dan berjalan mencari restoran di Mall. Indri jadi kelihatan manja kepadaku di jalan sambil merangkul tanganku, sehingga susunya menempel di lenganku. Kami terlihat seperti suami istri dan seorang anak.
Setelah kenyang aku bayar ke kasir. Indri dan Marni katanya kebelet pipis. Setelah mereka melepaskan hajatnya, Marni menarikku, dia berbisik bahwa Indri mau ikut menginap di hotel, karena katanya dia pingin ngrasai tidur di hotel. Mereka dari mall mau pulang dulu lalu nanti Paino yang diminta menjemput mereka.
Aku langsung menuju hotel dengan sebelumnya menyerahkan HP ke Paino. Si Paino bukan main girangnya mempunyai HP baru. Katanya dia sudah lama mengidam-idamkan punya HP agar langganannya bisa mengontak.
Sesampai di Hotel aku minta Paino menjemput Marni.
Di kamar aku berpikir, bagaimana dengan kehadiran Indri, keintimanku dengan Marni pasti terganggu. Padahal aku berencana membenamkan diri bersama Marni 2 malam lagi.
Tidak ada ide dan aku akhirnya pasarah dengan bagaimana nanti saja. ***

Solo Bersama Marni dan Indri

By Jakongsu
Seperti ceritaku Solo, Surakarta dekat Kartasura dimana aku berkenalan dengan Marni yang baru terjun menjadi pemijat, dan aku adalah tamu pertamanya. Dia lalu membawa keponakannya Marni yang baru berusia 19 tahun. Hitam manis, montok dan tingginya sekitar 160.

Pintu kamarku diketuk, muncul dua mahluk manis, yang satunya Marni yang sudah cukup akrab karena aku sudah menggumulinya semalam suntuk dan satunya adalah Indri, yang tampil dengan pakaian agak seksi, dengan atasan tanktop wana merah dan bawahan rok blue jean mini.
mycuteasian_01
Mereka berdua kupersilakan masuk. Kutawari mengambil minuman sendiri di lemari es. Indri mengambil kaleng coca cola dan langsung meneguknya. Terus terang aku tidak punya skenario harus bagaimana berhadapan dengan Bude dan keponakannya ini. Indri kelihatan lincah. Dia dengan manja minta duduk di pangkuanku dikursi. Aku tentu tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali diam saja. Tanganku dilingkarkannya ke pinggangnya.
“Aku sayang deh ama oom, abis baik sekali, masak baru kenal udah dibeliin baju sampai sejuta dan HP bagus lagi, katanya sambil menyandarkan kepalanya ke bahuku. Pipinya menempel di pipiku dan dia langsung mengecup pipipku. Marni hanya memonyongkan bibirnya melihat kelakuan keponakannya.
Aku hanya diam tidak bereaksi. Aku tidak tau ada kesepakatan apa antara Marni dan keponakannya Indri.
“Kamu kan udah dapat banyak, sekarang Oomnya dipijetin gih,” kata Marni
“Ya oom sini saya pijetin,” kata Indri.
Aku diam saja.
Marni lalu memerintahkan Indri membuka bajuku satu persatu. Mulanya dia agak ragu, tapi dengan gaya manjanya dia mulai melepas T shirtku. Sementara aku masih duduk di kursi. Marni kemudian mengajari agar celana luarku juga dilepas. Indri tertegun sebentar. Belum sempat dia berpikir lagi Marni sudah menginstruksikan agar Indri, juga membuka kaus singlet ku. Aku ditarik dan diarahkan ke tempat tidur. Aku menuruti saja dan langsung tidur telungkup.
Aku merasa pijatan langsung ke punggung dan bahuku. Melihat cara memijat keponakannya yang ngawur Marni lalu menginstruksikan agar memulainya dari telapak kaki. Indri menuruti dan langsung memulai dari telapak kaki. Marni di sebelah kiri dan Indri di sebelah kanan.”Maaf ya Oom maklum aku belum pernah mijet sih,” kata Indri.
Aku merasa seperti raja minyak dipijat sekaligus oleh dua wanita.
Tidak lama kemudian keduanya beranjak, aku tidak mengerti apa yang mereka lakukan, tetapi aku mendengar mereka masuk kamar mandi. Ketika keluar keduanya sudah mengenakan kimono.
Mereka melanjutkan pijatan. Berkali-kali Marni memberi tahu cara memijat. Aku tidak terlalu merasakan pijatan mereka kecuali menikmati sentuhan dua wanita yang berbeda usia dan terpaut hubungan persaudaraan. Marni lalu pindah mengajari pijatan di bagian punggungku. Indri diminta mendudukiku di bagian pinggang sambil dia memijat punggungku. Aku merasa bagian celana dalam Indri yang langsung menempel di punggungku. Aku tidak punya skenario apa-apa, sebab aku tidak tahu sejauh apa Marni mengizinkan Indri menservice ku dan apakah Indri masih perawan atau sudah jebol aku juga belum tau.
Penisku sudah memuai ditindih Indri. Sementara Marni memijat kedua kakiku. Kurasakan lama-lama Indri mahir juga mengurut punggungku, Cuma tekanannya masih kurang mantap, mungkin dia agak ragu.
“Gimana oom pijatan Indri enak nggak,” tanyanya.
“Masih agak kurang mantap,” kataku.
Marni menimpali, “ mungkin si oomnya harus ajari Indri dulu biar dia tau bagian mana yang enak dipijat.”
“Lho oomnya pintar mijat toh,” tanya Indri.
“Oom ajari dong ,” pinta Indri serius.
Indri kusuruh tidur telungkup.
Aku mulai mengurut bagian kaki sambil menjelaskan apa fungsi urutan pada masing-masing bagian. Aku melancarkan tekanan-tekanan refleksi, sehingga di beberapa bagian Indri menjerit kesakitan. Aku jelaskan bagian-bagian organ mana yang kurang berfungsi baik.
Aku memjat pula bagian yang bisa merangsang nafsu sexnya di bagian telapak kaki. Pada mulanya bagian itu terasa agak sakit, karena mungkin gairahnya belum naik. Aku membohongi bahwa bagian itu adalah untuk kelancaran mensturasi.
Sampai bagian simpul saraf rangsangan itu lemas, menandakan dia mulai pasrah. Aku naik ke bagian betis sambil terus menerangkan apa fungsi pijatan di bagian ini. Kuajarkan juga untuk pijatan nyaman serta pijatan untuk menghilangkan pegal lalu pijatan refleksi. Aku sengaja tidak terlalu menekan keras, agar Indri terasa nyaman. Bagian belakang lutut, aku urut dan tekan-tekan. Disitu juga ada simpul saraf rangsangan. “ Aduh oom enak oom pijetannya, om pinter sekali belajar di mana sih, “ kata Indri yang sudah mulai terbuai dan gairahnya mulai meningkat. Sementara itu Marni tiduran di sebelahnya memperhatikan aku memijat keponakannya.
Aku mulai menelusuri pahanya. Paha anak ini terasa kencang sekali, ini menandakan dia masih perawan. Dugaanku itu kayaknya nanti perlu dibuktikan . Tanganku perlahan-lahan menelusuri pahanya dibawah kimono. Indri berkali-kali membenahi kimononya yang tertarik ke atas karena gerakan urutanku. Marni dalam bahasa Jawa memberi tahu Indri agar jangan malu, kalau mau belajar urut ya harus berani diurut.
Aku mulai memainkan bagian dalam pahanya. Mulanya dia menggelinjang kegelian. Maklum masih perawan. Namun lama-lama dia mulai menikmati dan pahanya makin dilebarkan. Dia kelihatannya mulai terangsang, karena berkali-kali mendesis dan menggerak-gerakkan bahunya. Indri tidak perduli lagi kimononya terangkat sampai terlihat bagian belakang celana dalamnya. Bokongnya montok betul. Mungkin karena dia terangsang atau mungkin mengikuti anjuran budenya agar jangan malu, atau mungkin juga karena keduanya, sehingga di tidak perduli lagi kimononya sudah tersingkap sampai ke pinggangnya
Aku mulai memainkan jurus-jurus memijat bongkahan pantatnya. Jari-jari tanganku sambil melumuri cream menerobos celana dalamnya bagian belakang. Indri tidak peduli lagi pantatnya dijamah-jamah. Jurus mengurut bongkahan pantat ini membuat cewek menjadi sangat terangsang. Biasanya jika dia sudah terangsang, sudah tidak peduli lagi oleh rasa malu. Indri hanya merasakan sentuhan pijatan erotisku. Jempolku kiri kanan mulai menelusuri belahan pantatnya sampai hampir mengenai kemaluannya. Aku berkali-kali menekan dan mengurut belahan pantat itu. Indri berkali-kali pula menggerakkan bahunya seperti menahan sesuatu sambil berdesis.
Setelah dia sangat terangsang aku pindah mengurut bagian punggung sampai bahunya.Indri sebelumnya kuminta melepas kimononya. Indri agak ragu melakukan perintahku, tetapi Marni langsung menarik dan membantu membuka kimono itu. Indri tidak bisa menolak, kecuali nurut saja.
Urut erotis di punggung adalah untuk menjaga agar gairah yang tadi sudah naik tidak melemah lagi. Urutan ku menelusuri sampai bagian pinggir susunya yang melebar karena tertekan tindihan badannya.
Sambil mengurut aku melepas kancing BHnya. Indri tidak protes, BHnya dilepas. Dia diam saja. Aku merasa dia sudah pasrah dalam buaian gairah yang sangat tinggi.
Kemudian aku memintanya berbalik. Indri agak rikuh karena BH sudah terlepas sementara kimono juga sudah terbuka. Tinggal celana dalam yang masih pada posisi seharusnya dan BH yang hanya menempel di atas susunya. Sambil memegangi BH Indri berganti posisi telentang.
Aku memulai dari ujung kaki, tapi hanya sebentar lalu pindah ke bagian paha. Indri sudah tidak mampu lagi menyembunyikan dirinya bahwa dia sudah terangsang. Jariku masuk kedalam celana dalam bagian depan dan mengurut sampai ke bukit kemaluan dan kedua belah bibir memeknya. Gerakanku seperti gerakan profesional, sehingga tidak memberi kesan vulgar.
Sementara itu Marni sudah tertidur .Sesekali aku menyentuh bagian ujung clitorisnya yang mengakibatkan Indri menggelinjang.Aku memusatkan sentuhan jempol kananku ke bagian clitorisnya. Indri menggelinjang-gelinjang dan berdesis. Aku memainkan clitorisnya tapi tidak sampai dia orgasme. Aku sengaja mengantung, ini yang membuat Indri tersiksa oleh perasaan yang tanggung dan nikmat itu, aku berpindah mengurut bagian dadanya. BHnya aku singkirkan dan muncullah susu perawan yang kencang dengan pentil kecil dan aerola yang belum melebar. Aku memulai dengan pijatan di seputar bongkahan susunya , lalu meremas-remas susunya serta memainkan putingnya. Indri mendesis-desis menahan gelombang rangsangan dalam dirinya.
Aku kembali turun ke bagian perutnya dan menekan bagian bawah perut. Bagian ini jika ditekan, maka pemiliknya akan merasa seperti kebelet pipis. Aku berkali-kali menekan itu sampai akhirnya Indri merasa benar-benar kebelet pipis. Dia minta izin sebentar untuk kekamar mandi. Ketika Indri bangkit dan ke kamar mandi hanya mengenakan celana dalam saja, Marni terbangun.
Indri sudah hilang rasa malunya, sehingga dia tenang saja berjalan sambil teteknya gondal gandul. Ketika Indri sedang di kamar mandi, aku tanya Marni, gimana soal keponakannya. “ Monggo kerso mawon,” kata Marni. Maksudnya terserah aku saja mau di apain.
Ini adalah sinyal bahwa dia memberi izin aku menggarap Indri. Marni tidak tahu, apakah keponakannya masih perawan atau tidak.

Indri dengan tenangnya berjalan santai dengan hanya bercelana dalam dari kamar mandi kembali ke tempat tidur dan tidur telentang. Aku tanyakan, apa mau dilanjutkan apa tidak. Dia kembali bertanya sudah selesai apa belum. Tentu aku bilang belum.
Aku kembali mengurut bagian pahanya untuk memulihkan rangsangan. Sekitar 5 menit gairah Indri sudah mulai bangkit lagi. Kembali jariku menelusuri bagian yang tertutup celana dalam dan sampai akhirnya menekan bibir luar vaginya dan berakhir di clitorisnya. Indri kembali menggelinjang.
Marni memperhatikan aksiku merangsang keponakannya sampai akhirnya dia bangkit dan membuka celana dalam keponakannya. Indri pasrah saja karena dia sudah seperti hilang ingatan.
Rupanya Marni ikut terangsang melihat aksiku. Dia membuka kimononya dan seluruh pakaian dalamnya.
Sementara itu aku mulai menstimulir bagian clitoris Indri. Dia terengah-engah dalam gelombang rangsangan yang makin memuncak, sampai akhirnya dia mencapai orgasmenya. Mungkin dia mencapai orgasme yang pertamanya seumur hidup, sehingga tanpa sadar dia menjerit keras sekali ketika gelombang orgasme menderanya.
Kutekan kemaluannya terasa berdenyut-denyut. Kemaluan Indri rambutnya lebih lebat dibanding budenya.
Setelah orgasmenya reda Indri aku ciumi dan dia membalas kecupan bibirku dengan ganas sekali. Aku lalu menelusuri ke bawah dan menghisap kedua pentilnya. Ciumanku terus turun ke perut dan berakhir di sekitar kemaluannya. Indri mungkin merasa jengah atau malu ketika seputar kemaluannya aku kuak lantas aku jilati. Aku menguak bibir dalam vaginanya untuk melihat bagian clitorisnya. Terlihat tonjolan clitorisnya cukup besar dan nyata. Aku segera membekap mulutku untuk memusatkan jilatan clitoris . Indri menggelinjang liar, sehingga terpaksa aku tahan gerakannya. Cewek dengan clitoris yang menonjol begini biasanya cepat mencapai orgasme. Benar juga tak lama aku menjilati itilnya Indri kembali menjerit menyalurkan gelombang orgasmenya. Vaginanya yang berada di dalam bekapan mulutku terasa berdenyut-denyut. Sementara itu penisku sedang dikenyot oleh Marni.
Penisku yang sudah dalam keadaan keras sempurna lalu aku arahkan ke liang vagina Indri. “Oom aku belum pernah gini, pelan-pelan ya,” kata Indri.
Aku dengan susah payah memasukkan kepala penisku., sampai akhrinya semua kepala penisku terbenam. Sampai disitu aku merasa memek Indri sangat sempit. Aku tekan perlahan-lahan sampai hampir sepertiga batangku masuk. Pada posisi itu aku susah maju kerena seperti menemukan lubang buntu. Aku lalu menarik dan mendorong kembali dengan gerakan pendek. Sampai gerakan lancar aku kembali menekan perlahan sampai batangku tertahan. Aku berusaha melakukan kontraksi di penisku, akibatnya penisku bisa maju perlahan-lahan. Selaput perawan Indri terasa terterobos oleh penisku sehingga ketika penisku kebenamkan tidak ada penghalang lagi. Indri tampak meneteskan air mata. Aku melakukan gerakan hati-hati keluar masuk. Rasanya sempit sekali sampai aku tidak mampu bertahan terlalu lama, meledaklah spermaku ke dalam vagina Indri.
Aku terjerembab lemas. Lalu perlahan-lahan menarik penisku. Marni dengan sigap menutup tissu ke lubang memek Indri dan mengusapnya. Spermaku tercampur darah sedikit, sehingga agak berwarna merah. Penisku pun ketika di usap oleh tissu meninggalkan bekas darah sedikit.
mycuteasian_15
Aku dan Indri dibimbing Marni ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Indri berjalan agak berhati-hati, karena katanya memeknya perih. Aku terlebih dulu selesai membersihkan diri lalu kembali ke tempat tidur .
Badanku lemas dan terasa sangat puas. Tidak lama kemudian Indri dan Marni keluar dari kamar mandi dalam keadaan bugil. Indri ditidurkan disampingku. Sementara aku diminta tengkurap dan Marni mulai melancarkan pijatan. Aku tertidur sekejap sampai Marni memintaku berbalik telentang. Batang penisku agak memuai mungkin karena pijatan Marni. Ketika telentang aku tidak lagi dipijat Marni kecuali di oralnya. Keponakannya menonton aksi budenya mengoralku. Tanganku sebelah meremas-remas toket Indri yang sangat kenyal. Oral Marni terasa piawai sekali sehingga tidak lama kemudian batangku sudah tegak kembali. Tanpa peduli ada keponakannya Marni langsung mengangkang diatas penisku dan tangannya mengarahkan penis masuk ke rongga vaginanya. Dia bergerak memutar, maju mundur, naik turun sampai akhirnya dia mencapai orgasmenya dan roboh ke badanku.
Lama sekali penisku yang masih keras tertancap di rongga vagina Marni. Aku melakukan kontraksi dengan mengedut-ngedutkan, Marni ternyata mengikutiku dia juga mengedut-ngedut vaginanya. Aku akhirnya mengatur agar kedutannya bergantian melalu isyarat ketukan jari. Lama-lama tanpa isyarat jari kami sudah lancar berkedut bergantian. Gairah Marni naik lagi, dia bangkit dan kembali memutar dan menaik turunkan pinggulnya. Dia tidak mampu bertahan lama juga karana kemudian sudah jatuh lagi kepelukakanku dengan orgasmenya yang menjepit-jepit penisku.
Setelah orgasmenya tuntas sambil terengah-engah Marni tidur disampingku. Aku diapit Marni dan Indri.
Aku berbalik miring menciumi Indri dan meremas susu serta menggapai kemaluannya. Terasa kemaluannya sudah basah. Rupanya dia terangsang melihat aksi budenya tadi.
Aku segera mengambil posisi menindihnya dan berusaha memasukkan penisku kembali. Indri meringis menahan perih. Relatif penisku lebih mudah masuk, meski lubangnya masih terasa sempit.
Aku merasakan sensasi memek yang baru diperawani. Rasanya menjepit sekali dan nikmat luar biasa. Aku melakukan gerakan hati-hati dan pelan. Sensasi jepitan itu membuat rasa nikmat di sekujur batang penisku. Aku memusatkan perhatian merasakan kenikmatan itu sampai kemudian aku ejakulasi di dalam memek Indri.
Tidak banyak mani yang keluar, sehingga tidak sampai tumpah ketika aku cabut. Aku istirahat sementara Indri bangkit membersihkan bekas air maniku. Aku steril, oleh karena itu tidak ada kekuatiran Indri akan hamil.
Aku tertidur cukup lama dalam satu selimut bertiga. Aku ditengah dan di kiriku Indri dan di sisi lainnya Marni. Keduanya memeluku dari kiri dan kanan. Mereka juga ikut tertidur.
Kami terbangun sekitar pukul 7 malam, terasa sekali perut mulai lapar. Aku mengontak room service dan kembali memesan nasi goreng 3 porsi. Hotel ini memang cukup pintar memasak nasi goreng. Sambil menunggu pesanan datang, kami memutuskan mandi berendam bersama di dalam bak air hangat. Pesanan nasi goreng datang ketika kami sedang asyik berndam. Aku keluar mengenakan kimono dan menyelesaikan orderan itu lalu kembali berkumpul di bak air hangat.
Nikmat sekali rasanya berendam bertiga. Batangku dipermainkan Indri. Oleh Marni aku diminta duduk di pinggir bak dan Marni mengajari bagaimana caranya mengoral penisku. Penisku pada saat itu masih kuyu. Namun karena dihisap oleh dua cewek secara bergantian, akhirnya dia bangkit juga.
Rasanya nikmat sekali, tetapi karena sudah berkali-kali ejakulasi aku jadi agak susah ejakulasi. Aksi oral itu aku akhiri dan kami lalu saling menyabuni masing-masing.
Setelah mengeringkan badan, kami bertiga langsung menyerbu nasi goreng. Kami makan tetap dalam keadaan telanjang. Jika suhu terlalu dingin, AC aku matikan, jika mulai terasa panas aku hidupkan lagi.
Selesai makan aku masih sempat meneguk sekaleng bir untuk sekedar menghangatkan tubuh.
Kami bercengkerama sambil tiduran di tempat tidur. Aku sempat memperlihatkan peragaan bagaimana merangsang Marni dan menuntaskannya dengan melakukan pengolahan Gspot. Indri sempat terheran-heran melihat budenya bisa berejakulasi. Kukatakan kemungkinan Indri juga bisa begitu, tetapi nanti setelah luka selaput daranya sembuh.
Aku malam itu dilayani pijat oleh dua wanita bugil sampai aku tertidur. Paginya aku masih sempat melayani keduanya. Kami masih menginap semalam lagi bertiga dan melampiaskan nafsu kami sepuasnya.
Setelah waktunya aku akan kembali ke Jakarta, Aku sempat membelikan sepeda motor Honda Bebek baru untuk Indri dan mereka masing-masing kuberi uang tunai 2 juta.
Aku berjanji akan ke Solo 2 minggu kemudian.
Setiap kali aku ke Solo aku selalu mendapat layanan full dari kedua wanita itu, sampai akhirnya mereka berdua aku kawini secara siri. Aku membiayai kuliah Indri sampai mendapat sarjana ekonomi. Indri sangat berbakat marketing, sehingga sambil dia kuliah dia menjalankan multilevel marketing. Dia kini punya usaha sendiri dan sudah cukup mapan karena mampu membeli mobil sedan Honda keluaran terbaru. Sementara Marni bekerja membantu. Indri
--- ADS BOTTOM POST DESKTOP ---
--- Bawah Post ---